Salah satu petualangan liburan tidak terlupakan bagi saya adalah saat mengunjungi Andalusia Spanyol. Spanyol bagian Selatan ini tidak hanya indah tapi juga menyimpan banyak sejarah menarik kejayaan dan peradaban Islam, diantaranya Mezquita di Cordoba, Alhambra di Granada. Selain itu, bila petualangan terus disusuri sampai ke Selatan melewati Gunung Gibraltar dan terus ke titik terujung Benua Eropa maka akan sampailah kita di kota Tarifa.
[caption id="attachment_244717" align="aligncenter" width="619" caption="Mezquita Cordoba (dok pribadi)"][/caption]
Tidak disangka … kota kecil Spanyol yang terselip di ujung paling Selatan Eropa ini ramai dengan turis. Tarifa memiliki banyak daya tarik, bukan hanya karena tapasnya dan pantainya, tapi juga letaknya yang hanya 14 km dari Utara Afrika, kota Tanger Maroko. Bayangan benua Afrika di seberang lautan sampai dapat diteropong dari Tarifa. Untuk itu, tidak mengherankan di pelabuhannya banyak kapal pesiar dan kapal ferry yang mengakomodasi perjalanan menyebrang ke Tanger dengan waktu kurang lebih setengah jam.
[caption id="attachment_244718" align="aligncenter" width="601" caption="Ferry Tarifa, Spanyol - Tanger, Maroko (dok pribadi)"]

Selain itu, keistimewaan dari kota Tarifa ini adalah kekuatan anginnya. Payung pantai kami pun sampai rusak dan hampir ikut terbang karena besarnya kekuatan angin di sana. Tidak mengherankan, bagi para surfer, Tarifa adalah salah satu Mekahnya olahraga surfing.
Namun ada hal lain lebih penting dan sangat menyolok bagi saya, yakni bila kita memasuki gerbang kota Tarifa akan terlihat banyaknya tiang-tiang turbin angin yang menghiasi gunung-gunungnya. Bahkan dalam beberapa brosur mereka menamai kota mereka sebagai the capital city of wind energy.
Tonggak-tonggak turbin angin di Tarifa ini menurut sumber [1], berjumlah 90 unit dan memiliki total kapasitas sampai 37 MW dengan produksi listrik tahunan 62 GWh. Pembangkit listrik tenaga bayu atau angina (PLTB) ini sebetulnya bukan yang terbesar di Eropa. Wind park onshore terbesar di Eropa ada di Rumania, dengan kapasitas 300 MW.
[caption id="attachment_244719" align="aligncenter" width="593" caption="Turbin angin di Tarifa (dok pribadi)"]
[caption id="attachment_244720" align="aligncenter" width="604" caption="Turbin angin di Tarifa (dok pribadi)"]


Sayang sekali sampai saat ini … masalah energi belum disadari sebagai salah satu momok utama kebutuhan masyarakat Indonesia. Benar mungkin pendapat banyak orang, bahwa banyak masyarakat kita masih berpikir, hari ini makan apa daripada masa depan kita seperti apa.
Tema debat calon presiden di USA demikian juga tema debat calon kanselir di Jerman, yang pernah saya ikuti dengan intensif selalu berusaha mengupas jelas jalan pikiran para kandidat ini dalam hal penanganan energi masa depan negaranya. Energi adalah motor kehidupan modern, konsep dan mekanisme rencana penanganan energi masa depan yang baik dan sesuai harapan masyarakat banyak adalah salah satu kriteria utama untuk memilih kandidat pemimpin.
Belum banyak orang menyadari bahwa tanpa energi sekarang ini, maka roda kehidupan modern tidak akan bergerak. Hal ini disebabkan karena energi ada di dalam listrik, energi ada di dalam bahan bakar kendaraan dan energi ada di dalam masakan yang kita makan. Tanpa itu semua, kehidupan harus kembali ke masa kegelapan zaman batu di mana kayu bakar adalah bahan bakar utama untuk memasak, binatang sebagai alat transportasi dan obor sebagai alat penerangan.
Sementara itu, di luar sana masyarakat negara maju melek teknologi, saat ini berlomba-lomba untuk terus mencari pengganti sumber energi konvensional seperti minyak, gas bumi dan batubara dengan sumber energi alternatif baru dan terbarukan, demikian juga selalu mencari teknologi yang lebih handal dan lebih efisien untuk memaksimalkan penggunaan energi konvensional yang ada dengan rugi-rugi minimal.
Potensi Energi Angin di Indonesia
Salah satu sumber energi terbarukan yang sudah disediakan alam adalah energi bayu atau energi angin. Indonesia sayangnya tidak memiliki potensi energi angin sebesar Eropa atau USA, karena kecepatan angin di Indonesia rata-rata di bawah 5,9 m/s yang secara ekonomi kurang layak untuk dibangkitkan menjadi listrik. Dari pemetaan LAPAN pada 120 lokasi di Indonesia beberapa tempat menunjukkan potensi angin di atas 5 m/s seperti di NTT, NTB, Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Jawa [2]. Namun, para peneliti Indonesia sudah ada yang mulai mengembangkan turbin angin untuk mengekspolitasi kecepataan angin rendah.
Energi angin bila tidak layak untuk dilistrikkan bisa juga dimanfaatkan melalui kincir angin untuk memompa air. Seperti yang ada di Indramayu Jawa Barat, di sana telah berdiri 40 kincir angin untuk memompa air. Kecepatan angin kurang dari 3 m/s ini mampu memompa sekitar 2,7 meter kubik air per jamnya. Menurut pembuatnya Hasan Hambali, produknya ini diberi nama EGRA (energi gratis), salah satu kincir angin EGRA pertama di Indramayu digunakan untuk mengairi kebun mangga seluas 10 hektar, sebelumnya untuk pengairannya menggunakan mesin diesel dengan biaya solar Rp 132 ribu per hari, sekarang biaya pemeliharaan kincir hanya Rp 500 ribu per tahun atau kurang lebih Rp 1400 per hari [2].
Tuh kan ... inovasi dan alternatif bila dicari selalu ada dan bernilai ekonomis juga. Ayooo ... Indonesia gali terus potensimu !! (ACJP)
Sumber :
[1] http://www.thewindpower.net/windfarm_de_2527_kw-tarifa.php
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI