Saya lihat kemarin di utube, ada seorang remaja Timothy Doner di New York, yang disebut sebagai hyper polyglot karena mampu bertutur dalam 20 bahasa di usia mudanya ck ck ck ... termasuk bahasa Indonesia lho, canggih ya .... Bisa dilihat di sini.
Menjaga Multilingual, Pentingkah ?
Saya percaya bahasa hanyalah cara dan metoda, jadi tidaklah segalanya. Nyatanya kan orang Jepang yang selalu membutuhkan penerjemah dalam bisnis mereka, berhasil menggerilya di pasar dunia. Demikian juga orang Jerman, jangan pernah menyepelekan kemampuan teknis para teknisi Jerman, yang tidak bisa bicara bahasa Inggris, mereka piawai lho di bidang mereka. Tidak mampu berbahasa Inggris bukan artinya terus mereka tidak bisa berpikir. Untuk itu, basis kemampuan berpikir adalah utama, barulah kemampuan berbahasa lain menjadi bonus.
Namun sekarang ini dalam perkembangan dunia yang semakin mengglobal, nampaknya memang berbahasa asing selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah semakin menjadi kebutuhan karena memang memudahkan dalam banyak hal walaupun mungkin tidak menjadi syarat mutlak melihat kemampuan ekspansi orang Jepang walaupun yang saya lihat orang utamanya seringkali butuh penerjemah. Indonesia sebagai bangsa yang secara alami bilingual, menurut saya, sudah memiliki basis dan bakat alami untuk mudah menjaring dan menyerap bahasa lain.
Tapi untuk menjadi bangsa poliglot tampaknya perlu dicari metoda tepat terutama dalam sistem pendidikan bahasa Inggris, mengingat buruknya pengalaman kami dulu dengan guru bahasa Inggris di SMP putri saya di Indonesia. Hal ini harus menjadi peer dan konsentrasi Kementrian Pendidikan Dasar (bila seperti gosipnya akan dipecah) yad.
Bila Indonesia menjadi bangsa poliglot tentulah akan menjadi lebih mudah lagi untuk berekspansi ekonomi di pasar dunia. Tapi artinya bukan bahasa Indonesia dilupakan, kan.... bila di rumah, untuk saya keluarga Indonesia di luar Indonesia, bahasa Indonesia semakin tidak terdengar, ya sangat disayangkan. Bagaimanapun bagi saya bahasa Indonesia harus dipertahankan sebagai bahasa ibu, walaupun "hanya" berangkat dari melankoli ikatan darah dan mungkin kecintaan pada tanah air. (ACJP)