Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sehari bersama Lelaki Tua

30 Agustus 2021   10:40 Diperbarui: 31 Agustus 2021   11:44 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat kita kembali pada alam yang sesungguhnya. Dokpri

Lelaki itu ditinggal pergi pujaannya. Uban di kepalanya dibiarkan memutih sendiri. Tak ada kisah baginya 'menua bersama'. Ia berkeluh-kesah lewat peluh yang sengaja ia simpan dalam pundaknya. Sungguh ia teramat rapi menyimpan semuanya.

Kemarin ada arisan di tetangga sebelah, yang kebetulan milik sanak saudaranya. Ia berkeinginan untuk pergi ke acara perhelatan tersebut, namun dikarenakan tidak memiliki uang sepeser pun ia mengurungkan niatnya untuk pergi. Sebab uang hasil kumpulannya selama sebulan terakhir ini, telah ia kirimkan untuk salah seorang anak gadisnya yang saat ini sementara bersekolah di salah satu perguruan tinggi yang ada di ibukota propinsi. 

Ia berniat untuk meminjam sedikit beberapa rupiah pada tetangga sebelah tapi sialnya uang yang ada pada mereka sudah habis, ludes dengan perjudian. Lelaki tua itu hanya duduk diam di samping kandang sapi, sambil membuang beberapa tumpukan rumput.

Dari sudut rumah aku melihat lelaki itu kini telah berpindah ke arah kubur kekasihnya. Ia duduk sambil merenungi hal-hal yang ia pikirkan sendiri, di samping batu nisan kekasihnya. Sudah dua tahun kekasihnya pergi meninggalkannya untuk selamanya. 

Sudah dua tahun pula, ia berjuang seorang diri untuk selalu menciptakan seuntai senyuman  dan kenyamanan bagi buah hatinya, di rumah tempat tinggal mereka serta semua kenangan bersama kekasihnya yang mereka ciptakan sejak dibangunnya bahtera rumah tangga mereka.

Ah malang sekali lelaki tua itu. Mungkin beban yang ia pikul sangatlah berat, ditambah lagi tiada teman curhat yang mampu ia berbagi cerita dengannya. Buah hati yang ditinggalkan kekasihnya belum cukup dewasa untuk memahami segala perkara orang dewasa. Semesta seolah memaksa lelaki itu memikul semua beban yang ada seorang diri di atas pundaknya, ditopang oleh tulang yang  perlahan  mulai keropos.  

Ahhh rupanya semesta begitu kejam mempermainkan lelaki tua itu, "Pikirku seraya mengamati kerutan indah pada  dahinya dari jauh"

Siang kian beranjak, teriknya mulai melemah tetapi tidak dengan lelaki tua itu, walau umurnya kian beranjak tua, tetapi bara api perjuangan dalam hatinya tidak pernah padam. Lelaki itu beranjak perlahan meninggalkan kubur kekasihnya dan  setelah itu ia berjalan menuju ke arahku lalu berpapasan denganku. "Sebentar jangan lupa rebus labu dan jagung rusak " perintah lelaki  itu padaku.

"Siap dilaksanakan 01, "jawabku dengan suara yang dibuat-buat bak seorang perwira yang mendapat mandat dari komandan. Labu dan jagung rusak yang dimaksudkan lelaki tua itu adalah hasil panen  labu dan jagung tahun lalu yang sudah tidak bisa dikelola lagi untuk dijadikan makanan manusia, selain untuk binatang. Segera setelah itu, aku pun langsung merebusnya agar bisa dimakan oleh babi peliharaan lelaki tua tersebut.

Dari  sudut rumah, aku masih setia mengamatinya seraya berusaha mengabaikan sesuatu yang sesak dalam hati  yang akan menimbulkan banjir di pelupuk mataku.

 Pandanganku menangkap bahwa, perlahan lelaki itu mulai menghidupkan mesin motor bututnya seraya menyisipkan sebuah parang di salah satu sisi motornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun