Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Memahami Panggilan Hidup dari Kisah Kitab Suci

17 Januari 2021   04:36 Diperbarui: 17 Januari 2021   05:48 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katekese keluarga Katolik. Sumber: komkat-kwi.org.

Proses pencermataan sistem formasi ini tak hanya sampai pada tahap "come and see" (mari dan lihatlah). Proses selanjutnya adalah tinggal bersama. Kata "tinggal" adalah salah satu unsur penting dalam dinamika proses diserment panggilan.

Jika saya hendak memahami lebih dalam soal sumber suara dan memaknai kepastian panggilan saya, maka saya perlu tinggal-menetap. Ketika saya tinggal bersama, saya akan mengalami, lalu diantar pelan-pelan untuk memahami apa itu panggilan dan ke mana saya diarahkan.

Setelah tinggal, lalu bagaimana? Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus tentunya memberi kita arah misi, setelah kita mengalami masa formasi.

Dari upaya pemastian panggilan seperti kisah Samuel menuju kemauan untuk tinggal dan seperti halnya kisah Andreas dan kedua murid Yohanes Pembaptis, seorang yang dipanggil kemudian diantar pada sebuah orientasi karya-misi.

Dengan tinggal bersama dengan Kristus yang memanggil, kita pun dimeterai menjadi anggota. "Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia" (1Korintus 6:17).

Dengan demikian, ketika kita sudah mengalami proses formasi dengan tinggal bersama, kita pun dituntut untuk memberikan kesakian tentang Dia yang memanggil. Apa yang kita terima dari kurun waktu tinggal bersama perlu dibagikan kepada orang lain sebagai kabar sukacita.

Maka, penting dalam hal ini bahwa atmosfer tinggal bersama sebelum terjun ke medan misi perlu dihidupi secara baik, yakni damai, sukacita, dan penuh persaudaraan. Poin-poin ini akan membentuk sukacita baru bagi orang-orang yang dijumpai ketika bermisi.

Kedua, adanya kebutuhan untuk mencari dan melihat. Kebutuhan mencari, lahir pertama-tama karena adanya kebutuhan untuk melihat. Ketika saya ingin melihat, katakanlah seperti apa lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, saya didorong untuk mencari. Sama halnya dengan kisah bacaan-bacaan hari ini.

Samuel pergi kepada Eli karena kebutuhan melihat. Samuel, dengan kata lain ingin melihat secara langsung siapa yang sedang memanggilnya. Hal ini diperkuat dalam kisah Andreas dan kedua murid Yohanes Pembaptis. Mereka berusaha mencari Yesus karena kebutuhan melihat -- ingin melihat, tinggal, dan mengalami dinamika bersama Yesus.

Dalam kisah-kisah panggilan lainnya, hemat saya, hal yang sama juga kerapkali terjadi. Ketika kita dipanggil untuk hidup berkeluarga, kita tentunya punya kebutuhan untuk melihat bagaimana pasangan kita, rumah tangga kita, dan anak-anak kita akan bertumbuh secara langsung. 

Kita ingin tinggal bersama dan mau mengalami. Untuk itu, kita didorong untuk mencari alternatif jalan agar kebutuhan untuk melihat ini, dapat terpenuhi. Jalannya bisa saja dengan bersepakat untuk hidup bersama dengan menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun