Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menolak Komunisme

24 November 2020   10:34 Diperbarui: 24 November 2020   10:35 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertentangan dengan Komunisme tidak lepas dari akibat perang dingin. Kubu Barat yang berbasis pada kaum kapitalis-liberal (pemilik modal) berusaha menggunakan cara-cara politis untuk menekan penyebaran paham Sosialis-Komunisme dari Uni Soviet. Senjata yang digunakan orang-orang kanan untuk menyerang Komunisme adalah demokrasi. Paham demokrasi menjadi ramuan kaum kapitalis untuk meruntuhkan Komunisme secara perlahan mulai dengan menanamkannya di negara dunia-ketiga. 

Tujuan kesemuanya adalah menghapus ruang bagi Komunisme, Marxisme, atau gerakan kiri lainnya untuk berkembang. Alasan bagi para pemodal menolak hadirnya Komunisme karena paham ini dapat berpotensi membatasi ruang gerak mereka dalam menguasai perekonomian dunia. Dalam Komunisme, hak-hak buruh, tani dan pekerja untuk sejahtera dan dapat menikmati hasil jerih payahnya menjadi visi utama. 

Hal ini yang menjadi ancaman serius bagi pemodal karena selama ini mereka dengan semena-mena memonopoli perusahaan menjadi perusahaan pribadi yang menyebabkan keuntungan terbesar hanya dinikmati pribadi. Buruh dan pekerja yang melakukan aktivitas produksi hanya beroleh lelah ditambah gaji sangat minim.

Padahal pada zaman dahulu, siapa yang melakukan kerja produksi dialah yang mendapat sepenuhnya hasil keuntungannya. Jika dilihat dari fakta historis, kaum kapitalis---Tan Malaka menyebutnya kaum hartawan---muncul bersamaan dengan kaum tani, tukang, dan bangsawan pada masa perniagaan awal yang masih lemah. Sebab peperangan, kaum bangsawan di negeri pemenang menjadi semakin besar kekuasaannya. Semakin besar negeri tersebut, semakin besar pula kekuasaan raja dan bangsawan. 

Pada puncaknya, para bangsawan justru menjadi musuh bagi kaum dagang (kapitalis) karena mereka menekan kaum dagang dengan pajak yang penentuannya sewenang-wenang. Akhirnya kaum dagang mulai membentuk serikat guna melawan otoritas bangsawan. Dengan bantuan kaum tani dan buruh, pada 1789, kaum dagang berhasil merebut kekuasaan atas politik dan ekonomi di Prancis (Tan Malaka, 1926: 9-12). Pasca kemenangan kapitalis dan mereka menguasai kekuatan politik, ternyata industri perniagaan semakin maju didukung perkembangan IPTEK. Mulai muncul mesin-mesin dan alat produksi jenis baru yang dapat bekerja lebih efektif. 

Semenjak kemunculan mesin, posisi buruh menjadi tidak begitu strategis dalam kegiatan produksi karena lambat dan terbatasnya kemampuan manusia. Turunlah harga tawar buruh di mata kapitalis, para buruh dan tani menggarap faktor produksi orang lain harus mengemis untuk pekerjaan dan mereka rela dibayar rendah. Dari sini benih-benih pertentangan tumbuh antara kaum kapitalis dan kaum buruh serta tani (Tan Malaka, 1926: 13-14).

Pendukung Marxisme yang nantinya mewujud Komunisme dalam tataran politis, menjadi pihak yang paling mendukung emansipasi kaum buruh dari jerat kapitalisme. Mereka yakin bahwa secara alamiah, kekuasaan modal akan runtuh dan digantikan oleh kekuasaan komunal. Layaknya sistem feodalisme dahulu runtuh dan digantikan sistem modal kapitalisme. Dari titik ini jelas bahwa kaum kapitalis memiliki ketakutan pada Komunisme, jika saja sistem komunis menjadi popular di masyarakat maka tidak boleh tidak kuasa modal akan hancur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun