Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Pendongeng

Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerajaan Peteng Dedet

25 Februari 2025   17:34 Diperbarui: 5 Maret 2025   11:06 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerajaan Peteng Dedet (Sumber: https://serupa.id/kerajaan-tarumanegara/ )

Dalam sebuah buku yang berjudul "Kerajaan Peteng Dedet", diceritakan ada sebuah kerajaan yang dimana setiap harinya tidak pernah terang, selalu redup, dan gelap gulita, karena kurangnya sinar matahari dan perkembangan ilmu pengetahuan. Wilayahnya sangat luas terbentang, sumber daya alamnya melimpah ruah. Padi, jagung, makanan pokok, dan sumber daya energi melimpah ruah, batu- bara, minyak bumi, gas bumi. Tapi hanya milik kalangan tertentu saja. Kerajaan nya sangat megah, dindingnya terbuat dari batu safir kuning, lantainya dari zamrud hijau. Kerajaan itu sangat megah, tetapi rakyatnya banyak yang miskin, kelaparan dengan upah gaji yang minim. Sedangkan rajanya yang bernama "Candra"raja kedelapan setelah raja "Khusmanda"yang berasal dari kalangan bawah. Raja ketujuh khusmanda menjadi raja bukan karena faktor genealogis seperti raja candra. Khusmanda menjadi raja karena ada dukungan dan simpati rakyatnya. Karena pada masa itu kerajaan tidak memiliki putra mahkota, akhirnya diadakan pemilihan dan perundingan. Raja khusmanda berhasil menjadi raja ketujuh. Ia memerintah selama 10 tahun. Banyak hal yang ia bangun di kerajaan tersebut, seperti jalan, jembatan (penghubung), tempat pendidikan. Dahulu kerajaan ini masih bercahaya, dijuluki "Senja dari arah Timur". Julukan tersebut adalah keberhasilan raja pertama dalam mengusir penjajahan. Tapi sayangnya ketika masa kerajaan khusmanda, semua carut marut. Pergantian ibu kota kerajaan seolah dipaksakan, kalangan nya banyak korupsi, kemudian masalah kemiskinan dan kekurangan gizi. Raja khusmanda hampir saja dikudeta oleh pendukungnya sendiri, karena liciknya pangeran "raka khusmanda"ia titipkan kepada Raja Chandra menjadi putra mahkota. Tentunya itu membuat konflik diantara keluarga kerajaan, karena kecemburuan akan kedekatan Raja Candra dengan Pangeran Raka. Yang paling fatal lagi, raja khusmanda berhasil membunuh seseorang "Liu Sen"ia adalah tokoh yang memiliki kekuatan supranatural, yakni bisa mengontrol intensitas cahaya dalam kerajaan nya. Sebelum senja yang hancur dalam kegelapan. Dahulu kerajaan ini memiliki ritual khusus yakni menaburkan batu permata kepada "Sinoga"sebuah tempat untuk pemujaan kepada dewa helios. Yakni dewa yang memberikan cahaya dan kesejahteraan. Semua rakyatnya bisa berekspresi dan berdoa disana.

Tetapi masa Raja Khusmanda, biara itu dirobohkan, dan pemuka spiritual itu ditipu dimasukan dalam sebuah lobang yang nantinya akan menjadi sebuah ibu kota kerajaan. Seperti "Tumbal"dalam selimut. Raja khusmanda pada hari ini masih berkuasa dengan mengontrol Raja Candra bahkan memata- matainya. Pendukung keduanya sangat banyak, tetapi ironisnya pendukung keduanya adalah dari kalangan petani, buruh, pekerja lepas. Orang dari kelas bawah yang ditipu keduanya. Dengan alih- alih memberi mereka semua makanan gratis. Mereka semua setelah memakan- makanan tersebut menjadi terhipnotis untuk menjadi "Maniak"kegilaan untuk mendukung kedua raja tersebut. Kerajaan tersebut sangatlah gelap gulita, tetapi para bangsawan melihatnya cerah, karena melihat kerajaan nya penuh dengan sumber daya alam yang akan terus dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga kerajaan. Kedua para bangsawan juga mengontrol rakyat- rakyatnya dengan kekuatan magis dari sebuah "Mada"yakni cincin emas gratis, dengan dalih untuk investasi kesejahteraan kedepan. Rakyat- rakyatnya berbondong- bondong mengambil cincin tersebut dan memakainya. Cincin tersebut mempengaruhi individu, dan mencuci otaknya untuk bekerja demi kemajuan kerajaan.

Kerajaan tersebut sangat "Peteng- Dedet"tiada keadaan cahaya sama sekali. Rakyatnya kebanyakan buta secara fisik dan buta secara huruf dan mati kelaparan tidak punya kerjaan. Kerajaan hanya berfokus kepada perutnya sendiri. Disaat itu ada pemuda yang bernama "Wayan"dan temanya bernama "Ruci"ia berdialog ketika berada di gubuk kecil sederhana. Mereka berdua membahas terkait kondisi kerajaan nya. Yang selalu di bawah kekuasaan &kegelapan.

"Siang maupun malam negeri ini selalu dalam kegelapan. Hanya obor kita yang bisa menerangi diri kita sendiri"Kata Ruci seorang petani lokal yang seharian nya bertani sambil membawa obor.
"Iyaa.. anak- anak kita hanya bermain, seharusnya mereka itu belajar. Tapi belajar hari ini hanya untuk kaum bangsawan. Bahkan bangsawan cenderung memanipulasi kita dengan hasil pembelajaran nya."Sahut wayan dengan muka sinis dan pesimis. Ia hanyalah seorang pekerja lepas yang kesehariannya memulung sampah- sampah di sekitar kerajaan dan ibu kota.

Kerajaan itu sangat gelap. Tapi dalam kerajaan terang benderang karena lampu- lampu hasil minyak bumi yang dinyalakan setiap pagi dan malam. Prajuritnya asyik berpesta pora minum- minuman keras hasil sitaan rakyat yang ketahuan minum minuman keras.

"Candra.. ayo kita makan- makan di ibu kota, sambil membahas penaklukan kerajaan lain. Sama tolong bantu aku berikan kerajaan kecil di seberang sana."Pinta raja khusmanda yang memanggil raja candra.

"Prajurit.. siapkan kuda kita akan berpesta di ibu kota."

Kerajaan tersebut sebenarnya terdapat dualisme yakni pihak yang mendukung raja candra dan pihak yang mendukung raja khusmanda. Raja khusmanda seseorang yang licik, walaupun tampilan sederhana. Pikirannya hanya kekuasaan dan uang- uang dari rakjat. Ia sangat korup, sering mengelabui prajurit- prajurit untuk menjadi bagiannya. Niatnya hanyalah "Kudeta"dan menaikkan pangeran raka menjadi raja.
Mereka berdua asyik berpesta pora atas ibu kota yang selesai dibangun dengan megah. Padahal rakyatnya sengsara, pendidikan di sana hanya untuk kaum bangsawan. Bahkan bermain musik pun dilarang, sempat kejadian ada seorang warga dari kerajaan tersebut. Membuat lagu tapi pihak prajurit menyita alat musik musik tersebut. Dan lirik yang mereka tulis dibakar oleh prajurit kerajaan. Siapa yang ketahuan belajar, atau mencuri buku di perpustakaan para bangsawan juga akan dihukum mati oleh pihak kerajaan.

Kerajaan ini masih melebarkan sayapnya tanpa memikir nasib rakyatnya. Nasib kerajaan tersebut adalah pertikaian pihak kerajaan dan terjadi revolusi yang membuat hancur kerajaan tersebut. Kedua raja tersebut berperang. Dan mati di medan pertempuran. Kerajaan itu menjadi terkutuk, banyak rakyatnya yang pindah dari kerajaan tersebut. Banyak yang mengatakan kerajaan tersebut dihuni makhluk halus yang setiap kali menganggu seorang musafir ketika berpergian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun