Mohon tunggu...
Maria Krisna
Maria Krisna Mohon Tunggu... Relawan - Jesus

Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cetak Generasi Petani Milenial Melalui Pendidikan Vokasi

21 Mei 2019   16:07 Diperbarui: 21 Mei 2019   16:28 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TEMA             : Pertanian Indonesia Maju : Capaian dan Tantangan

 SUBTEMA    : Regenerasi Petani

JUDUL           :  Cetak Generasi Petani Milenial melalui Pendidikan Vokasi

Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia berprofesi petani sebagai pekerjaan utama. Berdasarkan Data Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia pada Agustus 2018 oleh BPS  melalui Survei Angkatan Kerja Nasional ( Sakernas) sekitar 28,79  % penduduk Indonesia berkerja pada sektor pertanian, 18,61 % pada sektor perdagangan, dan 14,72 % pada sektor industri.

 Indonesia sebagai negara agraris, menunjukan bahwa sektor pertanian memegang peran penting dalam peningkatan perekonomian negara. Para leluhur bangsa telah mewariskan teknik bercocok tanam untuk mendapatkan produksi yang baik. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, warisan leluhur tersebut semakin lama semakin berkurang. Di era 90-an tenaga kerja pertanian di Indonesia masih terbilang cukup banyak. Namun saat ini  tenaga kerja pada bidang pertanian cukup sulit untuk ditemukan. Hal ini berkaitan dengan wejangan dari para orang tua yang berprofesi sebagai petani terhadap anak-anaknya "jangan seperti orang tuamu yang hanya menjadi petani, jadilah orang yang bisa hidup di kota dan bekerja di kantor." Nasehat-nasehat seperti itu sering kali kita dengar dari para petani. Nasehat itu dilontarkan karena kehidupan petani yang sampai saat ini masih jauh dari kata sejahtera.  Para generasi penerus petani memilih untuk tidak mengikuti orang tuanya bertani, melainkan beralih ke profesi lain antara lain dibidang industri dan teknologi.

Berdasarkan hal tersebut diatas , usia petani muda sulit ditemukan dewasa ini. Di dalam salah satu bagian publikasinya, BPS mendata jutaan petani di Indonesia dalam kelompok usia. Dari total 26.135.469 petani yang saat itu terdata, kelompok usia 45-54 tahun memiliki jumlah absolut terbanyak: 7.325.544 orang. Jumlah terbesar kedua pada kelompok usia 35-44 tahun (6.885.100 orang) dan jumlah ketiga dan keempat pada kelompok usia lebih tua lagi, yakni 55-64 tahun (5.229.903 orang). Sementara kelompok usia lebih dari 65 tahun sebanyak 3.332.038 petani. Adapun jumlah petani muda di kelompok 25-35 sebanyak 3.129.644 orang. Semakin usia ke bawah pun semakin sedikit. Pada kelompok usia 15-24 tahun, jumlah petani hanya 229.943 orang. Jumlah paling sedikit pada kelompok di bawah usia 15 tahun, yakni 3.297 orang.  Sedikitnya minat angkatan muda yang mau mengolah lahan membuat jumlah petani menyusut hingga 5 juta orang dalam kurun 2003-2013. Jika diringkas, 60,8 persen petani di Indonesia berada dalam usia di atas 45 tahun.

Selain permasalahan usia produktif petani yang sangat mempengaruhi peningkatan produksi, masalah pendidikan petani juga merupakan salah satu permasalahan yang harus diperhatikan. Dari survey pertanian BPS di 2013, sebanyak 32,7% tidak tamat SD, sebanyak 39,9% tamat sekolah dasar, dan sebanyak 27,4% berpendidikan SMP ke atas.Permasalahan pendidikan berkaitan dengan penyerapan teknologi baru dan terbarukan oleh petani. Pendidikan formal bidang pertanian akan sangat membantu untuk kemajuan pembangunan pertanian.

Apabila berkaca dari Jepang yang memiliki porsi lahan pertanian hanya 12 % dari total wilayahnya, namun pertanian di jepang sangat maju baik teknik budidaya, maupun sistem pemasaran yang mereka kelola. Manajemen yang baik telah diterapkan mulai dari "on farm" sampai "off farm". Sebagai negara agraris  Indonesia memerlukan  regenerasi petani muda yang modern sehingga target pembangunan pertanian dapat tercapai, salah satunya melalui perbaikan pendidikan petani.

Upaya perbaikan pendidikan petani saat ini telah menjadi perhatian dalam pembanguan sektor pertanian Indonesia. Kementerian pertanian melalui pendidikan vokasi politeknik pembangunan pertanian telah membuka kesempatan bagi para generasi muda untuk dapat mendalami pertanian secara modern. Pendidikan vokasi yang dibuka untuk umum oleh kementerian pertanian diharapkan dapat mencetak generasi petani muda sehingga cita-cita menjadi lumbung pangan dunia dapat tercapai.

Saat ini tersedia 6 politeknik dibawah Kementerian Pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia dengan 13 program studi. Jumlah mahasiswa mencapai 1.300 mahasiswa. Model  pembelajaran didalamnya menggunakan penerapan teaching factory dimana 30% merupakan teori dan 70% merupakan praktek. Model pembelajaran seperti ini akan sangat membantu penguasaan teknologi baik dalam budidaya maupun industri pengolahan hasil pertanian. Mahasiswa vokasi di Politeknik dididik tidak hanya menjadi petani biasa , namun dibimbing dan dididik menjadi job creator sehingga dapat menyediakan lapangan pekerjaan di bidang pertanian. 

Sistem manajemen yang baik turut serta diberikan dalam pembelajaran sehingga para mahasiswa benar-benar mendalami sistem yang baik didalam pertanian. Menjalin kerjasama dengan perusahaan di Indonesia menjadi salah satu terobosan penting yang dilakukan untuk menambah wawasan para mahasiswa di bidang pertanian. Dengan adanya pendidikan vokasi ini diharapkan regenerasi petani akan lebih cepat terlaksana serta dapat menciptakan generasi petani milenial di Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.Sumber daya manusia adalah salah satu elemen penting dalam program pembangunan pertanian.

Penulis : Zaimah Rifaatuzzakiah

Editor   : Maria Krisna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun