Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Hybrid Marketing Menjadi Solusi Bisnis di Era Digital

25 September 2021   10:17 Diperbarui: 26 September 2021   09:45 2675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hybrid marketing (Sumber foto Freepik.com)

Pandemi Covid-19 telah memukul industri ritel Indonesia. Pembatasan aktivitas masyarakat ke luar rumah, menyebabkan banyak aktivitas dilakukan di dalam rumah. Apalagi beberapa waktu lalu pada masa PPKM pemerintah menerapkan aturan bahwa pusat perbelanjaan atau mal tutup.

Sebagian masyarakat yang biasanya hangout di kafe atau kedai kopi untuk sementara mengurungkan niatnya. Praktis kedai kopi menjadi sepi sebagai dampak dari pandemi. Namun terlepas dari itu sebenarnya ada peluang yang sebenarnya muncul.

Kebiasaan ngopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan rupa-rupanya tidak mudah untuk dipisahkan. Menurut hasil riset dari Inventure dan Avara menunjukkan konsumsi kopi sachet menempati angka tertinggi dalam konsumsi selama pandemi yaitu sebesar 48,4 persen disusul dengan kopi kemasan 36,3 persen dan paket manual brew 16,7 persen. (Katadata.co.id, 24 September 2021).

Studi Kasus Bisnis Kopi

Peluang bisnis kopi adalah kebiasaan minum kopi di gerai dan dipindahkan ke dalam rumah. Untuk itu banyak perusahaan kopi yang memproduksi kopi kemasan literan agar mudah dikonsumsi di rumah. Bisnis kopi yang melakukan strategi itu adalah Maxx Coffee, Roempi Coffee, Kopitagram, Starbucks dan Kopi Kenangan.

Konsumsi kopi sepanjang tahun 2016-2021 di tanah air di prediksi tumbuh sekitar 8,22% per tahun. Dan pada 2021 ini pasokan kopi diprediksi mencapai 795 ribu ton (konsumsi 370 ribu ton) atau terjadi surplus sebesar 425 ribu ton.

Kopi Kenangan

Harumnya bisnis kopi di Indonesia dimanfaatkan oleh dua pemuda bernama Edward Tirtanata dan James Prananto pada Agustus 2017 jauh sebelum masa pandemi. Mereka menamakan Kopi Kenangan sebagai kedai kopi berkonsep grab and go, yang menawarkan para penikmat kopi tidak harus datang ke kedai namun dapat memesan melalui aplikasi Go Food dan Grab Food.

Nama Kopi Kenangan dipilih sebagai brand karena mengandung kearifan lokal dan namanya sebagai diferensiasi dibandingkan kedai lokal yang menggunakan nama asing. Menurut Edward, ia akan mengembangkan produk minuman non kopi untuk anak-anak. (Swa.co.id, 23 Desember 2018).

Strategi pemasaran dengan cara menggabungkan pelayanan di kedai atau offline dan penjualan pengiriman atau online ternyata cukup efektif. Penjualan pada Oktober 2018 sebanyak 200 ribu cup atau sekitar Rp 4 miliar dari 16 gerai yang telah dibuka.

Hingga saat ini Kopi Kenangan telah memiliki 400 gerai. Tahun 2020 lalu Kopi Kenangan mendapatkan pendanaan sebesar Rp 280 miliar dari Sequoia India, artis Shawn Corey Carter atau Jay-Z dari AS dan petenis Afro-Amerika Serena Wiliams. Tahun depan Kopi Kenangan merencanakan melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata (Sumber foto Merdeka.com)
CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata (Sumber foto Merdeka.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun