Ketika saya mulai menulis di Kompasiana pada 1 April 2020, saya belum banyak mengetahui seluk beluk penulisan di Kompasiana. Saya juga belum mengenal dan tidak tahu caranya berkenalan dengan penulis lain.
Yang menarik perhatian saya adalah sosok senior yang setia mengunjungi blog dan meninggalkan komentar-komentar yang positif. Tidak lama berselang ada lagi penulis wanita yang juga memberikan perhatian yang tidak jauh berbeda.
Dari dua komentar penulis itu memicu saya untuk mengetahui lebih lanjut siapa mereka. Ternyata mereka adalah suami-istri Bapak Tjipadinata Effendi dan Ibu Roselina.
Pada awal-awal menjawab komentar saya memanggil Mas Tjipta dan Mbak Rose, tetapi setelah semakin mengetahui siapa beliau maka saya memanggil Pak Tjip dan Ibu Lina.
Dalam perkembangannya Pak Tjip dan Ibu Lina tanpa absen selalu meninggalkan jejak perhatian dalam setiap tulisan dan saya berusaha untuk membalas kunjungan dengan meninggalkan kesan.
Hal ini merupakan anugerah yang besar dapat bertemu dengan dua pribadi yang selalu menginspirasi dengan kisah-kisah kehidupan berdua.
#Menjadi Teladan
Pak Tjip menjadi teladan bagi penulis-penulis yunior seperti saya, tidak saja memberikan contoh dalam berliterasi tetapi juga dalam kehidupan rumah tangga.
Di usia yang menginjak senja pria kelahiran Padang 77 tahun silam itu seolah membantah usia senja menghalangi dalam berkarya melalui tulisan-tulisan yang bermanfaat.
Komitmen dan konsistensi dalam menulis rupa-rupanya menjadi tekad beliau untuk tidak sekedar menulis, namun tulisan-tulisan yang disajikan selalu menebar kebaikan.
Apalagi dia sangat produktif menulis di tengah-tengah munculnya penulis-penulis baru yang lebih muda, tidak menyurutkan niatnya untuk selalu berkarya.
Saya juga salut pada Pak Tjip walaupun menetap di Australia tetapi kecintaannya pada Indonesia khususnya dunia literasi sangat besar, tanpa memperhitungkan untung dan rugi.