Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bukber Asyik, Tanpa Basa-Basi Toxic!

16 Maret 2025   06:56 Diperbarui: 16 Maret 2025   06:56 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shutterstock

Buka puasa bersama atau bukber telah menjadi tradisi tahunan yang dinantikan saat Ramadan. Momen ini bukan sekadar makan bareng, tetapi juga kesempatan untuk menjalin kembali silaturahmi, terutama dengan teman lama, keluarga, atau rekan kerja yang jarang bertemu.

Namun, di balik kehangatannya, bukber sering kali diwarnai dengan obrolan yang kurang nyaman. Mulai dari pertanyaan pribadi seperti "Kapan nikah?", "Kerja di mana sekarang?", hingga ajang pamer pencapaian yang tanpa sadar membuat sebagian orang merasa terintimidasi atau tidak percaya diri. Kadang, nostalgia masa lalu juga bisa bergeser menjadi candaan yang kurang sensitif.

Padahal, bukber seharusnya menjadi momen yang menyenangkan dan bermakna, bukan ajang interogasi atau kompetisi terselubung. Dengan sedikit usaha, kita bisa menciptakan suasana yang lebih positif, di mana setiap orang merasa dihargai dan nyaman berbagi kebahagiaan tanpa tekanan. Yuk, ubah cara kita ngobrol di bukber agar lebih asyik dan penuh makna!

Basa-Basi Toxic yang Bikin Bukber Jadi Gak Nyaman

Salah satu hal yang bisa merusak suasana bukber adalah basa-basi toxic---obrolan yang terdengar biasa, tapi sebenarnya bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman. Sayangnya, banyak yang menganggapnya sekadar candaan atau obrolan ringan tanpa menyadari dampaknya.

Salah satu bentuk basa-basi toxic yang sering muncul adalah pertanyaan personal. Misalnya, "Kapan nikah?", "Gaji sekarang berapa?", atau "Kok masih di tempat kerja yang sama?". Pertanyaan semacam ini sering kali diajukan tanpa mempertimbangkan kondisi orang yang ditanya. Bisa jadi mereka sedang menghadapi tekanan dalam hidup atau belum siap membicarakan hal tersebut. Alih-alih membuat suasana santai, pertanyaan seperti ini justru bisa memicu kecemasan dan ketidaknyamanan.

Selain itu, bukber juga bisa berubah menjadi ajang kompetisi terselubung. Ada yang dengan santainya bilang, "Anak gue udah bisa ini, lho!", atau "Aku baru pulang dari luar negeri, seru banget!". Meskipun tidak selalu bermaksud buruk, gaya obrolan seperti ini bisa membuat orang lain merasa dibanding-bandingkan. Padahal, setiap orang punya perjalanan hidup yang berbeda, dan tidak semua pencapaian perlu diumbar di setiap pertemuan.

Nostalgia yang seharusnya jadi momen menyenangkan pun bisa berubah jadi topik yang tidak relevan atau malah menyakitkan. Contohnya, "Dulu kamu cupu banget, ya!" atau "Masih ingat nggak pas kamu ditolak gebetan?". Mungkin niatnya hanya bercanda, tapi bagi orang yang mengalami, hal itu bisa mengingatkan pada masa lalu yang kurang menyenangkan.

Dampak dari basa-basi toxic ini tentu tidak bisa dianggap sepele. Bukber yang seharusnya menjadi ajang mempererat hubungan justru berubah menjadi momen yang penuh tekanan. Orang-orang merasa tidak nyaman, sibuk membandingkan diri, atau bahkan malas menghadiri acara serupa di lain waktu. Bukankah lebih baik jika kita bisa menikmati bukber dengan obrolan yang lebih positif dan membangun?

Cara Menciptakan Bukber yang Lebih Asyik dan Berarti

Bukber bukan cuma soal makan bersama, tapi juga kesempatan untuk mempererat hubungan dengan cara yang lebih bermakna. Supaya suasana tetap asyik dan jauh dari obrolan toxic, coba terapkan beberapa tips berikut:

Fokus pada Kebersamaan, Bukan Status. 

Bukber adalah momen untuk berkumpul dan mempererat hubungan, bukan ajang untuk mengukur pencapaian masing-masing. Daripada sibuk menanyakan status pernikahan atau pekerjaan, lebih baik alihkan obrolan ke hal-hal yang lebih ringan dan menyenangkan. Misalnya, berbagi pengalaman menarik selama Ramadan atau rencana liburan setelah Lebaran. Dengan begitu, suasana jadi lebih santai dan semua orang merasa nyaman.

Bermain Game Ringan atau Berbagi Cerita Inspiratif. 

Agar suasana bukber semakin hidup, cobalah menambahkan aktivitas seru seperti bermain game ringan atau berbagi cerita inspiratif. Misalnya, setiap orang bisa menceritakan satu hal paling berkesan yang mereka alami selama Ramadan tahun ini. Dari kisah-kisah kecil ini, kita bisa belajar banyak hal dan semakin mempererat hubungan.

Mengubah Pertanyaan Toxic Jadi Lebih Suportif. 

Kadang, niat bertanya memang baik, tapi cara penyampaian bisa membuat orang merasa tidak nyaman. Cobalah mengganti pertanyaan yang cenderung menghakimi dengan pertanyaan yang lebih suportif dan terbuka.

  • Dari "Kapan nikah?" menjadi "Apa yang bikin kamu happy akhir-akhir ini?"
  • Dari "Kerja di mana sekarang?" menjadi "Apa tantangan paling menarik di pekerjaanmu?"
    Dengan begitu, obrolan terasa lebih positif dan bisa membuka diskusi yang lebih bermakna.

Menjaga Adab Berbicara. 

Sebelum berbicara, ada baiknya mempertimbangkan apakah topik yang diangkat bisa memicu ketidaknyamanan. Menghindari perbandingan, sindiran, atau komentar yang bisa membuat orang lain merasa terintimidasi adalah kunci menciptakan suasana bukber yang lebih harmonis. Bukber seharusnya menjadi ajang silaturahmi yang menyenangkan, bukan tempat untuk membandingkan hidup masing-masing.

Dengan sedikit kesadaran dan usaha, kita bisa mengubah bukber menjadi pengalaman yang lebih positif dan bermakna. Yuk, jadikan bukber tahun ini lebih asyik tanpa basa-basi toxic!

***

Bukber seharusnya menjadi momen untuk mempererat silaturahmi, bukan ajang untuk membandingkan hidup atau mengajukan pertanyaan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman. Sayangnya, tanpa sadar, banyak dari kita yang masih terjebak dalam basa-basi toxic yang justru merusak suasana kebersamaan.

Dengan lebih sadar dalam memilih topik pembicaraan, menghindari pertanyaan yang terlalu personal, serta fokus pada obrolan yang lebih bermakna, bukber bisa menjadi pengalaman yang benar-benar menyenangkan dan penuh arti bagi semua yang hadir. Bukannya pulang dengan perasaan canggung atau minder, tapi justru merasa dihargai dan diperkuat oleh pertemuan tersebut.

Yuk, mulai ubah kebiasaan ngobrol kita! Ajak teman-teman untuk menciptakan suasana bukber yang lebih positif, di mana setiap orang bisa menikmati kebersamaan tanpa tekanan atau perasaan dibanding-bandingkan. Karena pada akhirnya, silaturahmi yang hangat dan penuh kebahagiaan jauh lebih berharga daripada sekadar formalitas kumpul dan makan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun