Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Bukan "Tabula Rasa", Konsep Pendidikan yang Memerdekakan

25 April 2024   08:05 Diperbarui: 27 April 2024   17:00 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang tengah belajar mewarnai. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)

Bagi pendidikan Ki Hajar Dewantara, tujuan dari dilakukannya proses pendidikan adalah untuk “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya” (Dewantara, 1961: 20).

Kekuatan kodrat dapat dimaknai bahwa setiap anak sudah memiliki garis potensinya (baik/buruk) masing-masing. Gurulah yang akan turut berperan menebalkan potensi baiknya dalam proses pendidikan di sekolah.

Menghargai Kekayaan Budaya Lokal

Salah satu prinsip penting dalam pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah penghormatan terhadap kekayaan budaya lokal. 

Anak-anak tidak harus melepaskan identitas budaya mereka dalam proses pembelajaran; sebaliknya, identitas budaya tersebut harus dihargai dan diintegrasikan dalam kurikulum dan praktik pendidikan. 

Ini membantu memperkuat identitas anak-anak dan memungkinkan mereka untuk belajar dengan konteks yang berarti.

Pembelajaran Berbasis Pengalaman dan Interaktif

Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pembelajaran yang berbasis pengalaman dan interaktif. 

Anak-anak belajar dengan cara terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan pengalaman langsung dan refleksi untuk memahami dunia di sekitar mereka. 

Ini berbeda dengan konsep tabula rasa yang menekankan pada pengetahuan yang diberikan secara pasif kepada anak-anak.

Pembebasan dari Konsep "Tabula Rasa"

Konsep "tabula rasa" mengimplikasikan bahwa anak perlu diisi dengan pengetahuan yang dipaksakan oleh guru atau lingkungan pendidikan. 

Namun, menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan seharusnya bertujuan untuk membebaskan potensi yang ada dalam diri anak, bukan untuk menanamkan pengetahuan tanpa pertimbangan terhadap keunikan individu. 

Anak-anak memiliki warisan budaya, bahasa, dan pengalaman hidup yang harus dihargai dan diintegrasikan dalam proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun