Mohon tunggu...
kresnap
kresnap Mohon Tunggu... karyawan swasta -

IG: middleclasstraveller Website: middleclasstraveller.weebly.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Seharian Menjelajahi Kota Singa di Ukraina

7 April 2018   14:07 Diperbarui: 8 April 2018   13:24 2159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama Pak von Sacher-Masoch :)
Bersama Pak von Sacher-Masoch :)
Selain restoran-restoran di atas, Olesya juga menunjukkan beberapa restoran tematik lain. Misalnya The House of Legend, sebuah restoran bertema mitos dan legenda dengan dekorasi legenda yang berbeda di setiap ruangnya. 

Ada pula restoran untuk memperingati penemu lampu teplok, serta restoran bernuansa Yahudi. Restoran yang terakhir ini, kata Olesya, sebenarnya tidak menghidangkan masakan kosher (hidangan halal sesuai syariat Yahudi), hanya nuansanya saja yang berbau Yahudi .... termasuk harganya yang harus "disepakati" melalui tawar-menawar dan tidak dicantumkan di menu!

Restoran-restoran tematik dengan dekor yang unik.
Restoran-restoran tematik dengan dekor yang unik.
Restoran-restoran tematik dengan dekor yang unik.
Restoran-restoran tematik dengan dekor yang unik.
Olesya kemudian mengantar saya ke reruntuhan Golden Rose Synagogue. Sinagog (tempat ibadah umat Yahudi) ini dulunya merupakan yang terbesar di Lviv, namun hancur di bawah pendudukan Nazi. 

Lviv memang memiliki sejarah yang cukup kelam sebagai ghetto terbesar di Ukraina. Di akhir masa pendudukan Nazi, nyaris tidak ada satu pun orang Yahudi yang tersisa di Lviv (dari populasi awal sebanyak ratusan ribu). Ada sebuah kisah memilukan di sini. Konon, tentara Nazi memerintahkan salah satu tawanan untuk menulis sebuah lagu tentang kebesaran Nazi, yang kemudian digunakan sebagai lagu latar pada saat mereka mengeksekusi para tawanan perang tersebut.

Reruntuhan Golden Rose Synagogue. (Dokumentasi Pribadi )
Reruntuhan Golden Rose Synagogue. (Dokumentasi Pribadi )
Berselang satu gedung dari sinagog tadi berdiri satu-satunya potongan tembok kota tua yang masih tersisa. Tembok berusia ratusan tahun ini dipertahankan karena terdapat bangunan penjara dan tempat eksekusi pada abad pertengahan di sisi lainnya, yang dianggap masih kokoh sehingga sayang kalau diruntuhkan. Benar saja, hingga saat ini baik tembok maupun bangunan tadi (saat ini merupakan museum persenjataan) memang masih berdiri dengan tegak.
Museum Artileri.
Museum Artileri.
Di seberang museum tadi terdapat sebuah gedung tua milik perusahaan asuransi Dnister. Gedung ini cukup besar dan dihiasi keramik berwarna-warni yang menarik. Rupanya gedung bersejarah ini dirancang oleh Ivan Levynskyi (1851 -- 1919), seorang arsitek sekaligus pebisnis keramik dan ubin terkemuka. Buah karya Levynskyi (dan perusahaannya) bertebaran di berbagai sudut di Lviv dan sekitarnya.

Ada cerita menarik tentang Levynskyi ini. Konon, untuk mendongkrak usahanya yang tidak kunjung dikenal orang pada awalnya, ia pernah menyuap konduktor tram setempat untuk menyebut nama pabriknya ketika melewati stasiun terdekat (alih-alih nama stasiun itu sendiri).

Dalam waktu singkat, Levynskyi pun banjir pesanan, tidak saja dari Lviv, tetapi bahkan dari negara tetangga, dengan biaya "iklan" yang sangat murah! Sayangnya, pabrik yang luar biasa sukses tersebut akhirnya bangkrut tak lama setelah Perang Dunia I berakhir akibat gagal bayar.

Dnister Insurance Company
Dnister Insurance Company
Di sebelah gedung tersebut terletak Gereja Ortodoks Ukraina Bunda Maria Diangkat ke Surga (the Church of the Assumption of the Blessed Virgin) yang lebih dikenal dengan nama Dormition Churchatau Assumption Church. 

Tempat ini dulunya menandai batas kawasan tempat tinggal komunitas Ukraina di masa lalu. Memang, mirip dengan keadaan Indonesia pada zaman penjajahan, ketika Lviv berada di bawah kekuasaan Polandia dan Austria, bangsa pribumi hanya boleh menempati kawasan tertentu. Saat itu, pusat kota Lviv hanya berukuran 600 meter x 600 meter, dan kebanyakan orang lokal hidup di luar tembok kota. 

Gereja ini didesain dengan gaya tradisional Ukraina (bertingkat tiga, dibagi dalam tiga bagian, dan memiliki tiga kupola/kubah kecil). Interiornya cukup mewah karena pembangunannya disponsori oleh salah satu yayasan paling berpengaruh saat itu, Lviv Dormition Brotherhood. Menara lonceng gereja ini (disebut Korniakt Tower) merupakan menara tertinggi di kawasan kota tua.

Dormition Church.
Dormition Church.
Korniakt Tower.
Korniakt Tower.
Korniakt Tower.
Korniakt Tower.
Tak jauh dari gereja tadi terdapat monumen Ivan Fedorov/Fyodorov (1525 - 1583), perintis percetakan di Ukraina, yang juga berjasa mencetak Alkitab pertama dalam bahasa setempat. Di sekitar monumen ini nampak beberapa penjual buku bekas, juga penjual memorabilia berbau Uni Soviet (agak ironis mengingat hubungan antara Rusia dan Ukraina yang saat ini sangat jauh dari mesra). 

Dari tempat ini juga terlihat sebuah bukit kecil di mana terletak reruntuhan kastil tua (High Castleatau Vysoky Zamok), alun-alun, dan gereja, yang tidak digunakan lagi sejak pusat kota dipindahkan dari sana ke kawasan kota tua yang masih berdiri saat ini. Sayangnya karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat berkunjung ke bukit tersebut untuk menikmati pemandangan kota yang katanya sangat cantik.

Salah satu kutipan dari karya Ivan Fedorov.
Salah satu kutipan dari karya Ivan Fedorov.
Pemberhentian selanjutnya adalah sebuah gedung bekas gereja Ordo Dominikan yang saat ini dijadikan museum, yaitu Museum of the History of Religion. Uniknya, museum yang menyimpan sekitar 50 ribu artefak keagamaan --utamanya Kristen sebagai agama mayoritas di Ukraina-- ini dulunya pernah dijadikan museum ateisme di masa pemerintahan Uni Soviet.

Museum of the History of Religion.
Museum of the History of Religion.
Museum of the History of Religion.
Museum of the History of Religion.
Kami lalu melanjutkan perjalanan ke Armenian Quarter, di mana dulunya merupakan pemukiman warga keturunan Armenia. Di sini terdapat beberapa peninggalan bersejarah seperti bank Armenia (yang adalah tempat pegadaian tertua di kota ini) dan gereja katedral untuk umat Katolik Armenia. 

Katedral ini terkenal dengan lukisan muralnya yang dibuat oleh pelukis kenamaan Jan Henryk de Rosen. Di sini, Paus Yohanes Paulus II pun pernah memanjatkan doanya pada tahun 2001. Dari sini kami kembali ke alun-alun melalui Virmenska Street yang terkenal dengan toko, restoran, dan bangunan-bangunan antik bernuansa Armenia-Ukraina.

Monumen untuk memperingati Paus Yohanes Paulus II.
Monumen untuk memperingati Paus Yohanes Paulus II.
Sebelum mengakhiri tur yang berlangsung sekitar 2 jam ini, Olesya mengajak saya untuk menengok Katedral Basilika Maria Diangkat ke Surga (Archcathedral Basilica of the Assumption of the Blessed Virgin Mary) atau dikenal dengan nama The Latin Cathedral dan kapel keluarga Boim/Boym. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun