Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sia-Sia, tapi Tidak Sia-Sia, Memaknai Kehidupan Menurut Pengkhotbah 11:1

3 Mei 2024   23:00 Diperbarui: 3 Mei 2024   23:14 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi benih yang ditanamkan. sumber gambar: (blibli friends.com)

Setiap kita mungkin pernah  melakukan suatu tindakan yang kelihatannya sia-sia atau tidak berarti tetapi sebenarnya sangat berarti dan tidak sia-sia.

Mendengar pernyataan ini mungkin tidak semua kita setuju dan tidak mengalaminya.  Tetapi, coba mengingat-ingat tindakan apa yang kita pernah lakukan dimana tindakan itu kelihatannya tidak berarti dan sepertinya sia-sia tetapi pada akhirnya ketika kita melihat hasilnya, baru kita berkata ternyata tindakanku dulu itu berarti dan tidak sia-sia.  

Masalahnya, tidak semua kita tahu dan mengerti betul bahwa itu akan menjadi tindakan yang berarti dan tidak sia-sia bahkan akan membawa keberhasilan/keuntungan yang besar.  

Tidak heran kita kadangkala menyesal, dan berkata:... seandainya saya tahu gitu..saya akan mempersiapkannya dengan lebih baik, saya akan melakukannya dengan lebih tenang dan sungguh-sungguh lagi.  Dengan sikap seperti ini, menjadi  benar apa kata orang pintar: Penyesalan itu selalu datang belakangan.  Kalau di depan, itu namanya pendaftaran.  Wkwkwkwk. 

Rupanya, kenyataan hidup seperti ini, juga diungkapkan di dalam Alkitab.  Satu ayat yang mungkin kebanyakan kita jarang mendengarnya atau jarang juga disampaikan oleh pengkhotbah.  Saya rindu agar setelah kita mendengar Firman Tuhan ini, kita akan lebih didorong untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu dengan lebih baik dan sungguh-sungguh lagi. 

Pengkhotbah 11:1

"Lemparkanlah rotimu ke dalam air, maka engkau akan mendapatkannya kembali lama setelah itu."

Membaca sepintas ayat ini, maka dalam hemat pikiran saya, dan mungkin Anda bahwa ayat ini sama sekali tidak masuk akal.  Mengapa?  Orang diperintahkan untuk melemparkan roti ke dalam air dan beberapa waktu kemudian akan mendapatkannya kembali? Yang ada pastinya roti itu udah hancur bukan?  Kalau rumput laut itu masih masuk akal atau batu aki, dll.  Namun apa sebenarnya yang dimaksudkan dalam ayat ini?  Dan bagaimana kita dapat menerapkan dalam konteks hidup dan pelayanan?  Mari kita pelajari lebih dalam beberapa bagian dari ayat ini.

Pertama, kata "Lemparkanlah"

Ini kata kerja perintah atau permintaan (Imperatif) dan bukan undangan. 

  • Perintah: bersifat mengikat, mengandung otoritas, berkonsekuensi, punya hubungan sebab-akibat, lebih kepada atasan dengan bawahan.  Sedangkan Undangan: tidak mengikat, menuntut kerelaan, mengandung harapan, tidak berkonsekuensi (hukuman), lebih kepada hubungan pertemanan/keluarga.
  • Dilakukan dengan sadar dan sengaja
  • Bukan tindakan nekad, tetapi tekat dan komitmen yang tinggi
  • Keberanian yang berasalan dan bukan tindakan bodoh & asal saja. 
  • Menuntut reaksi untuk memutuskan dan bertindak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun