Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mempererat Relasi Keluarga Melalui Liburan: Sensasi Perjalanan Menuju Jrakah, Boyolali

11 April 2024   22:27 Diperbarui: 11 April 2024   22:34 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat, 29 Maret 2024 merupakan salah satu sejarah yang berkesan dalam hidup aku dan keluarga.  Mengapa tidak?  Selesai Ibadah Jumat Agung, siangnya saya bersama istri (Valentia, 30 tahun) dan kedua putra kami, Nael (3 tahun 6 bulan) dan Shema (1 tahun 6 bulan) berlibur ke Boyolali, tempat tinggal kakak laki-laki saya bersama keluarganya, persis di daerah Jrakah yang merupakan daerah sekitar Kaki Gunung Merapi.  

Dengan kendaraan motor Jupiter MX King 150, kami berempat menempuh perjalanan dari STT Berea, Salatiga ke Jrakah, Boyolali dalam jarak tempuh 1 jam 15 menit.  

Dalam permulaan perjalanan, cuaca lumayan panas, tetapi ketika memasuki daerah Boyolali, kami merasakan cuaca yang mulai sejuk, bersyukur kami menggunakan jaket yang cukup tebal.  

Apalagi ketika memasuki daerah Jrakah, selain cuaca yang sangat sejuk dan dingin bahkan berawan, jalan tanjakan dan berbelok-belok menambah sensasi dan ketegangan tersendiri. 

Sebagai tipe pria dan suami yang tidak ngebut kalau berkendaraan, perjalanan itu tidak melelahkan dan memiminimalkan ketegangan, karena kami sangat menikmati perjalannya.  

Sambil berinteraksi dengan istri dan kedua anak, untuk melihat para petani di lereng bukit yang sedang bercocok tanam dengan santui, tetapi kami melihatnya seram.  Karena dari pandangan kami, itu tanah yang terjal.  Bahkan ada petani yang sedang jalan kaki, mendaki sembari memikul hasil panen, seperti sayur-sayuran.  Mereka sungguh kuat, tangguh dan  luar biasa.  

Nael, anak pertama kami sangat antusias, bahkan ketika dia melihat petani, burung beterbangan, pohon-pohon, kerapkali dia berteriak, Bapak... lihat itu ada Om petani!  Mama ... Lihat itu ada belalang terbang.  Bapak ... lihat itu ada awan, sembari mengeluarkan asap dari mulut.  Seru banget, bukan?  Kami sangat bersyukur, bisa menikmati perjalanan itu.   

Ketika sampai, kami sangat senang berjumpa dengan kakak dan keluarganya yang baru selesai Ibadah Jumat Agung juga.  Sebab mereka ibadah agak siang. Sukacita, canda tawa bercampur rasa haru hingga bersalaman, alias cium Sumba (cium hidung) menghangatkan perjumpaan kami.  

Kami menyadari bahwa perjumpaan bersama keluarga merupakan salah satu wujud dalam menjaga keakraban dan kerukunan saudara-bersaudari.  Apalagi kami tinggal di daerah perantauan. Rasa kangen sungguh terobati, meski hanya beberapa hari.  Karena bukan, berapa lama waktunya, tetapi kualitas kebersamaan di balik perjumpaan itu. 

Kami pun disambut dengan minum kopi dan teh, kue-kue ala Jrakah bahkan makanan yang sudah disiapkan oleh keluarga.  Sungguh kami sangat menikmati, lagian sudah lapar juga. Heheheee.  

Sembari ngobrol, kakak saya, Darius dan keluarga lainnya, menanyakan bagaimana perjalanan kami, jauh atau dekat?  Seru ngak?  Capek ngak? Kehujanan ngak?  Dingin ngak? Lebih dingin mana: Bogor atau Jrakah?  Salatiga atau Jrakah?  Dan sejumlah pertanyaan praktis lainnya.  Kami tidak hanya berfokus untuk menjawab pertanyaan mereka, tetapi juga memperhatikan senyum dan canda mereka sembari bertanya sangat mencairkan suasana bahkan mulai berkurang rasa capek kami.   

Hingga di sore hari, kami sangat merasakan cuaca yang sejuk dan dingin.  Apalagi di malam hari.  Kami bersyukur, disediakan selimut yang cukup tebal, dan itu sangat menghangatkan istrahat kami.  Kami mengamati kedua anak kami, meskipun cuaca di Jrakah sangat dingin, dibanding di Salatiga, tempat kami tinggal, keduanya sangat nyenyak bobonya.  

Kami membandingkan ketika melihat mereka istrahat di Salatiga, mereka kadang terbangun di tengah malam karena agak panas dan gerah.  Namun, ketika di Jrakah, rumah kakak saya,  mereka sangat terlelap, apalagi Nael, sangat pulas.  Hingga saya foto dan mengambil video.  Kecuali, Shema kadang ia terbangun karena haus atau lapar dan ia harus menyusui.  Intinya, istrahat kami sangat berkualitas. 

Satu hal yang saya renungkan bahwa liburan bersama keluarga itu jika sungguh dinikmati, baik perjalanannya, tempatnya, cuacanya, makanannya, kekeluargaannya, obrolannya hingga istrahatnya, pasti membawa kesembuhan dan pemulihan bagi hidup itu tersendiri.  Itu sebabnya, jika berlibur, benar-benar berliburlah.  Fokuskan diri untuk ber-Quality Time dengan keluarga tercinta: istri dan anak-anak bahkan mungkin bersama saudara atau orang tua dan mertua hingga orang-orang dan lokasi yang kita jumpai.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun