Â
Mudik adalah tradisi jelang Lebaran. Bergegas pulang ke kampung halaman untuk segarkan dahaga rindu dan berkumpul bersama keluarga. Walaupun tradisi, mudik bukanlah keharusan jika ada kedaruratan yang menghalanginya. Termasuk yang terkait dengan pandemi Covid-19.Â
Sudah lazim bahwa mudik itu memberi kenikmatan tertentu pada sebuah perjalanan pulang ke kampung halaman walau sering ditempuh jauh dan didera macet.
Atas kedaruratan Covid-19 ini, maka saatnya pula melazimkan bahwa mudik itu bisa diupayakan dengan cara dan jalan yang aman serta berasa pulang ke kampung halaman.Â
Menyadari kenyataan bahwa mudik lebaran 2020 telah resmi dilarang pemerintah serta adanya anjuran agar tetap di rumah saja, maka cara terbaik agar tetap terhubung dengan kampung halaman adalah dengan memanfaatkan teknologi siber.
Apalagi larangan mudik ini sudah dituangkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 25 Tahun 2020, melanggarnya adalah sesuatu yang sangat merugikan. Padahal masih ada jalan lain yang aman dan tak kalah indahnya.
Tak tanggung-tanggung, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengeluarkan tausiyah atau rekomendasi terkait ibadah Ramadan dalam suasana pandemi virus corona yang salah satunya tentang mudik lebaran.Â
Gagal mudik bukan berarti jalan buntu atas kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dari alasan bejibun di atas, mudik siber, mudik digital ataupun mudik online adalah solusi terbaiknya. Mudik siber adalah aktivitas mudik maya dengan melakukan silaturahmi berbasis video, audio ataupun keduanya yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang mendukungnya.
Mudik siber bisa memanfaatkan panggilan suara ataupun video bersama (video call) sekeluarga. Dengan mudik siber, berarti kita punya kesempatan untuk menyelamatkan orang-orang yang kita sayangi serta tetangga di kampung dari sebaran pandemi ini.
