Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Si Panah Malam

24 April 2020   22:44 Diperbarui: 24 April 2020   22:58 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayat-ayat pilihan Ramadan bagian-3

Al Muzzammil Ayat 20

"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri sholat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu....... "

Inilah tentang kisah melesatnya si panah malam (Sahm al lail). Tentang bengkaknya kaki-kaki para pemanah malam, yaitu mereka si pelecut munajat malam. Para pemanah yang yakin anak panahnya tak akan kembali dengan sesuatu hampa. Mari berdendang dulu,

Khirasy-ku


Ku ikuti kepak alveoli si gagak
Temui kadaver anjing galak
Jika ku ikuti elitra lebah yang rancak

Hanya ku temui indah bunga semerbak
Luncurkan munajat walau tersisa bejat
Panah-panah malam dari busur sekarat

Merapal dan merapat
Membuyarkan majelis malaikat
Tuhan tak salahkan lingua
Dari lidah keluh cari sinonima

Panah-panah malam (tangan yang menengadah munajat di malam hari) tak akan pernah kembali dengan sesuatu yang hampa. Panah-panah malam (doa) yang meluncur dari busur kerendahan pasti memiliki akhir pemberhentian.

Jangan pernah remehkan panah-panah malam. Berserah pasrahlah dengan munajat-munajat itu. Bukan hanya Rasulullah saw yang bengkak kakinya saat qiyamul lail dan melepaskan panah- panah malam (sahmul lail) yang hampir semalaman penuh.

Namun, para sahabat pun berbuat demikian. Sehingga keadaan ini berjalan selama setahun dan akhirnya memacu turunnya asbabul nuzul atau turunnya surahal Muzammil ayat 20 ini dengan maksud memperingan sholat, panjang bacaan dan doa.

Karena terlalu cintanya dan semangat meniru panutan mereka, para sahabat hampir meniru persis apa yang dilakukan Rasulullah saw, baik dalam hal ketekunan dan level beratnya.

Hingga diperlukan ayat untuk memberikan keringanan-keringan itu. Dalam hal tertentu memang tidak harus seperti Rasul saw level beratnya atau intensitas tingginya.

Karena Beliau saw seorang Nabi dan Rasul yang tentunya diberi kelebihan dari segi apapun. Termasuk dari segi kekuatan.

Beberapa sopan-santun yang perlu diketahui dalam bermunajat. Yaitu dengan keumuman menggunakan al Jumlah Ismiyyah (kalimat nominal) Dalam Munajat.

Orang munafik jika terlingua/silat lidah sering menggunakan  al Jumlah fi'liyah  (kalimat yang didahului verba) yang sifatnya labil (tajaddud).

Namun ketika menikmati dosa sambil terbahak dan bangga-banggakan, Sedang bagi mereka yang biasa bermunajat diawali dengan jumlah Ismiyyah (kalimat yang didahului nomina) yang sifatnya kuat (tsubut) dan berkesinambungan (dawam) akan lebih sopan.

Dalam berdoa, perbanyaklah :

1. Kalimat ismiyyah seperti diawali dengan frasa lafaz seperti: Allahumma, Allah, Alhamdulillah, dan Robbana
2. Pergunakan kalimat positif (jumlah mustbatah) dan kalimat aktif.
4. Hindari penggunaan 'jumlah al amr" (kalimat perintah).
5. Hindari penggunaan " jumlah al tahdhib/al 'ardah" (kalimat sindiran).
6. Kurangi kalimat angan-angan yang terlalu tinggi (jumlah al tamanni), dengan bisa dan berkesempatan berdoa dan mau berdoa saja sudah merupakan kenikmatan tertinggi.
7. Gunakan kalimat panggilan yang syahdu (jumlah an nida') semisal, Ya Robb, Ya Jallallah, Ya Jabbar.

Gramatikal

"Inna rabbaka ya'lamu annaka taquumu adnaa min tsulutsayi allayli wanishfahu watsulutsahu wa thaa ifatun mina alladzi ma'aka...".

Artinya : sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri sholat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu.

-- Penggalan ayat ni merupakan al Jumlah musta'nifah (frasa kalimat pemula) sebagai penjelas untuk frasa kalimat setelahnya ataupun sebelumnya.

Tafsir

1. Panah-panah malam (sahmul lail) yang berupa rentetan munajat, tiada satu pun yang sia-sia. Semua akan kembali dengan sasarannya.
2. Jangan remehkan doa.
3. Sholat malam (qiyamul lail) hingga bengkak-bengkak pada waktu itu wajib bagi Rasulullah saw sendiri. Sedang untuk para sahabat dikurangi sedikit dari level Rasul saw. Jika tidak, dikhawatirkan memberatkan dan menjadi fitnah seolah-olah wajib.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun