Mohon tunggu...
Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Mohon Tunggu... Freelancer - UN volunteers, Writer, Runner, Mountaineer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Si Panah Malam

24 April 2020   22:44 Diperbarui: 24 April 2020   22:58 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, para sahabat pun berbuat demikian. Sehingga keadaan ini berjalan selama setahun dan akhirnya memacu turunnya asbabul nuzul atau turunnya surahal Muzammil ayat 20 ini dengan maksud memperingan sholat, panjang bacaan dan doa.

Karena terlalu cintanya dan semangat meniru panutan mereka, para sahabat hampir meniru persis apa yang dilakukan Rasulullah saw, baik dalam hal ketekunan dan level beratnya.

Hingga diperlukan ayat untuk memberikan keringanan-keringan itu. Dalam hal tertentu memang tidak harus seperti Rasul saw level beratnya atau intensitas tingginya.

Karena Beliau saw seorang Nabi dan Rasul yang tentunya diberi kelebihan dari segi apapun. Termasuk dari segi kekuatan.

Beberapa sopan-santun yang perlu diketahui dalam bermunajat. Yaitu dengan keumuman menggunakan al Jumlah Ismiyyah (kalimat nominal) Dalam Munajat.

Orang munafik jika terlingua/silat lidah sering menggunakan  al Jumlah fi'liyah  (kalimat yang didahului verba) yang sifatnya labil (tajaddud).


Namun ketika menikmati dosa sambil terbahak dan bangga-banggakan, Sedang bagi mereka yang biasa bermunajat diawali dengan jumlah Ismiyyah (kalimat yang didahului nomina) yang sifatnya kuat (tsubut) dan berkesinambungan (dawam) akan lebih sopan.

Dalam berdoa, perbanyaklah :

1. Kalimat ismiyyah seperti diawali dengan frasa lafaz seperti: Allahumma, Allah, Alhamdulillah, dan Robbana
2. Pergunakan kalimat positif (jumlah mustbatah) dan kalimat aktif.
4. Hindari penggunaan 'jumlah al amr" (kalimat perintah).
5. Hindari penggunaan " jumlah al tahdhib/al 'ardah" (kalimat sindiran).
6. Kurangi kalimat angan-angan yang terlalu tinggi (jumlah al tamanni), dengan bisa dan berkesempatan berdoa dan mau berdoa saja sudah merupakan kenikmatan tertinggi.
7. Gunakan kalimat panggilan yang syahdu (jumlah an nida') semisal, Ya Robb, Ya Jallallah, Ya Jabbar.

Gramatikal

"Inna rabbaka ya'lamu annaka taquumu adnaa min tsulutsayi allayli wanishfahu watsulutsahu wa thaa ifatun mina alladzi ma'aka...".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun