Mohon tunggu...
Kompasianer Lombok
Kompasianer Lombok Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Kompasianer Lombok

Komunitas dari Kompasianer Lombok - KOLOM | Reaktivasi 30 Maret 2022, sekaligus sebagai tanggal ulang tahun | Join WAG KOLOM; bit.ly/LiveIGKOLOM | IG KOLOM; https://instagram.com/kolom_kompasianerlombok

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Produktif Menulis Bareng Perpusnas Writingthon Festival di Lombok

11 September 2022   09:39 Diperbarui: 11 September 2022   10:45 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bareng di akhir hari pertama, Sabtu 10 September. Dokumen bersama

Dunia literasi Lombok khususnya, NTB secara umum, beruntung menjadi kota ke-5 dari total 7 kota se-Indonesia yang menjadi tempat pelaksanaan Perpusnas Writingthon Festival berupa Workshop Menulis. Tema workhsop ini, 'Program Literasi Terapan dan Inklusi, Peningkatan Kemampuan Literasi Digital Masyarakat Berbasis Inklusi Sosial'. 

Workshop berlangsung dua hari, Sabtu dan Minggu, 10 sampai 11 September 2022 di hotel Santika Mataram Lombok. Kota Mataram, Ibukota NTB. Total 50 lebih peserta mengikuti secara antusias, dari hampir 100 orang pendaftar.

Writingthon festival diselenggarakan Perpusnas bersama platform menulis Storial Co, berupa aktivitas workshop menulis, sekaligus kompetisi menulis dengan total hadiah 80 juta. Tiga kategori lomba, mulai dari penulisan karya-karya non fiksi, fiksi novel dan fiksi cerpen.

Dua materi umum disampaikan dua narasumber selama dua hari. Totok Haryanto, seorang dosen dan penulis, menyampaikan pengetahuan di balik penulisan karya-karya non fiksi. Di samping teori-teori kepenulisan non fiksi, Totok Haryanto mengisahkan bagaimana ia justru menjadi produktif menulis selama dua tahun masa pandemi. Wisnu S. Adji dan Kenya berbagi proses kreatifnya di karya-karya fiksi.

Satu Contoh Adalah 1000 Perintah

Totok Haryanto telah menerbitkan 13 buku non fiksi, sebagiannya diselesaikan selama masa pandemi. Buku-buku non fiksinya, terbesar bersumber dari aktivitas utamanya, sebagai dosen di salah satu universitas di Purwokerto. Mata kuliah yang diajarkan Managemen dan Bisnis. Bidang inilah yang kemudian menjadi konten terbesar dari buku-buku non fiksinya.


Penulis Totok Haryanto, mas Ega dari Storial Co, saya dan rekan peserta workshop lainnya. Dokpri
Penulis Totok Haryanto, mas Ega dari Storial Co, saya dan rekan peserta workshop lainnya. Dokpri

Saat sharing materi, satu kutipan yang diingatnya baik, diteruskan ke peserta workshop. 'Satu contoh nyata perbuatan baik, adalah 1000 perintah'. Bahwa seseorang ketika mengaku-aku peduli bumi, tindakan sesederhana menyimpan bungkus permen di sakunya lalu membuangnya saat menemukan tempat sampah, jauh lebih nyata dibandingkan gembar gembor menyuruh orang lain untuk bijak sampah. 

Di kenangan Totok, sosok yang membuatnya begitu mengenang baik quote ini, terbiasa melakukan ajakan-ajakan umum dengan langsung melakukannya sendiri. Tidak serta merta menyuruh, tapi lebih ke mencontohkan langsung. 

Satu contoh adalah 1000 perintah. Lakukan sendiri saja setiap bicaramu. Baru berharap orang lain mau dan bisa melakukannya juga.

Di akhir hari pertama, peserta mempraktekkan kepenulisan non fiksi, dengan sekitar 10 pilihan tema yang disediakan penyelenggara. Tema-tema praktek karya tulis non fiksi, mengangkat sisi-sisi khas Lombok, seperti kuliner ikonik, spot pariwisata tertentu, atau keunikan adat istiadat serta budaya pulau seribu masjid.

Penulis Itu Individualist

Wisnu S. Adji, narasumber workshop menulis di hari kedua dengan materi 'Apa Itu Menulis Fiksi'. 'Meski individualist, seorang penulis adalah juga seorang penyampai kebenaran'. Sebagian kutipan dari cerita ngalor ngidul, konsep yang digunakan Wisnu mengisahkan dunia kepenulisannya. 

...Seseorang yang mengikuti workshop menulis, sebenarnya bukan tentang update materi-materi kepenulisan. Yang semuanya bisa didapatkan dengan mudah di mesin pencari. Yang seharusnya diserap adalah, mengapa seorang Wisnu menjadi penulis fiksi. Bagaimana proses dunia kepenulisan seorang Eka Kurniawan atau Dee Lestari...

Wisnu S. Adji. Dokpri
Wisnu S. Adji. Dokpri

Karya-karya fiksi Wisnu, sebagian terinspirasi dari pengalaman traumatis pribadinya. Uniknya, karya fiksinya justru jauh dari sisi-sisi emosional. 'Saat saya sedih, saya akan berhenti menulis. Karya fiksi saya adalah suara masing-masing dari setiap karakter di fiksi itu sendiri. Karya yang menunjukkan ke-Wisnu-an saya, adalah saat saya menulis jurnal'. Demikian, sebagian kalimat pengisahan, BTS - Behind The Scene. dari proses kreatifnya.

Cerpen pertama saya yang terbit di Kompas, adalah tentang seorang nenek yang memiliki kemampuan 'istimewa'. Ia yang kerap memasakkan nasi, ketika ada seseorang di desa yang meninggal, dan dimakan oleh anak-anak di desa tersebut. Si nenek, bisa tahu seorang anak akan meninggal, dari uap nasi yang sedang dimasaknya. Inspirasi cerpen ini, pengalaman personal Wisnu, ketika melihat ibunya memasak nasi di magic com, yang kemudian mengeluarkan uap di proses menuju matang.

Selesai Dengan Diri Sendiri dan Be Yourself

Kenya dengan materi 'How I Approach Writing'. Dokpri
Kenya dengan materi 'How I Approach Writing'. Dokpri

'Aku telah selesai dengan diri sendiri, hingga akhirnya bisa membagikan buku aku yang terbit saat masih umur 16 tahun. Buku yang tadinya aku pikir, -- hah, aku pernah juga bisa menulis beginian'. Senada dengan Wisnu Adji, Kenya pun tak percaya writingblocks, meski ia pernah 'rehat' menulis. Ia baru menulis lagi jeda 11 tahun setelah buku pertamanya 'Draglove' di tahun 2006.

Kenya juga yang menulis 'Belahan Jantungku', memoar dari penyanyi Andien, mengupas tentang pola asuh Andien terhadap anak-anaknya. Diantaranya, keputusan melakukan BLW - Baby Light Weaning, yang pernah viral di kalangan ibu-ibu, karena dianggap 'melawan' pakem pola asuh keluarga kebanyakan di Indonesia.

Kompetisi Menulis Perpusnas Writingthon Festival

Di  workshop menulis, setiap peserta diharapkan karya tulis mereka yang lahir atau terinspirasi dari setiap materi selama workshop, bisa dijadikan karya untuk mengikuti kompetisi menulisnya. Mas Ega, perwakilan Storial Co, menyebutkan saat ini telah ada sekitar 900an lebih penulis yang siap meramaikan kompetisi menulisnya.

Totok Haryanto dan Wisnu S. Adji, diskusi ringan di sela rehat workshop. Dokpri
Totok Haryanto dan Wisnu S. Adji, diskusi ringan di sela rehat workshop. Dokpri

Kesempatan juara, tersebar di tiga kategori lomba, yakni karya tulis non fiksi, novel dan cerpen. Anda yang ingin ikut meramaikan kompetisi, bisa menyimak informasi lengkap lomba di sosial media Perpusnas, Storial Co dan akun khusus Writingthon Festival. 

Anda bisa menjadi satu di antara peserta workshop, mulai saat pembukaan di Jakarta, diikuti kota-kota berikutnya. Kendari, Enrekang, dan Bangka. Setelah kota Mataram, kota berikutnya adalah Ternate dan Manokwari di Papua.

*Mataram, 11 September 2022. (Adm- Muslifa Aseani)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun