Mohon tunggu...
Kompasianer Jogja (KJOG)
Kompasianer Jogja (KJOG) Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Blogger Jogjakarta (dan sekitarnya) yang menulis di Kompasiana

Kompasianer Jogja (KJOG) adalah Komunitas Blogger Jogjakarta (dan sekitarnya) yang menulis di Kompasiana. KJOG terbuka bagi blogger Kompasiana asal Jogja (diaspora) atau yang memiliki kecintaan pada Jogja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur: Membunyikan Kembali Musik Borobudur

1 Juli 2021   16:55 Diperbarui: 2 Juli 2021   10:34 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ansambel Sound of Borobudur di Interntional Conference Sound of Borobudur (sumber: YT Sound of Borobudur)

Profesor Emerita Margaret Kartomi AM, FAHA, Dr. Phil, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia mengatakan bahwa, "Relief yang tergambar dalam Candi Borobudur merupakan bukti budaya musik maju di Jawa pada abad 8 -- 9".

Tak hanya di Jawa, beberapa pulau di Indonesia, seperti Sumatera dan Kalimantan juga mengalami hal yang sama, terbukti dari penemuan-penemuan bukti sejarah fisik.

Pada zaman dulu, orang Indonesia membangun kapal dari yang berukuran besar hingga yang berukuran kecil sebagai moda transportasi berdagang melalui jalur air. Baik melalui jalur laut, ataupun melalui jalur sungai. Dalam peristiwa tersebut terjadi persebaran dan pertukaran budaya. Tak khayal jika alat musik yang tergambar pada relief-relief candi Boroubudur dapat tersebar hingga negara Cina, Jepang, Laos, dsb.

Saling Menghidupkan

Foto bersama di pembukaan International Conference Sound of Borobudur (sumber: Wartakotalive)
Foto bersama di pembukaan International Conference Sound of Borobudur (sumber: Wartakotalive)
Sound of Borobudur merupakan upaya anak bangsa untuk mengenali peradaban di masa lampau, di mana budaya dan ilmu pengetahuan di-reinterpretasikan melalui seni. Hal ini diharapkan menjadi pemantik semangat agar masyarakat semakin mencintai bangsanya.

Kita patut berbangga menjadi pewaris kekayaan yang tak ternilai harganya. Baik itu nilai tatanan diri, kemasyarakatan, kenegaraan dan tatanan untuk pengelolaan alam secara seimbang. Kita wajib untuk menjaganya, melestarikan dan mengembangkannya. Agar semakin dapat memberi nilai kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa, bahkan dunia.

Tak hanya Kemenparekraf dan Yayasan Padma Sada Svargantara yang harus bekerja dan bertanggungjawab menjadi pewaris tunggal.

Dikutip dari tulisan Trie Utami di soundofborobudur.org, "Semua komponen masyarakat harus bekerja dan bergerak dalam irama yang sama, mengintegrasikan diri dan saling mendukung dengan satu kesadaran: gotong royong untuk mendorong terjadinya perubahan pembangunan ke arah yang tepat."

Pengampu Utama Yayasan Padma Sada Svargantara, Purwa Tjaraka berharap, "Kita akan merangkai kembali keterhubungan antarbangsa melalui alat musik yang terpahat di relief Candi Borobudur dengan dukungan semua pihak. Sekali lagi, kita kerjakan warisan yang tak ternilai harganya untuk bangsa dan negara."

Cita-cita yang mustahil jika diupayakan bersama akan menjadi mungkin. Dengan bekerja bersama saling bahu-membahu, hal yang mungkin akan terwujud menjadi kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun