Pembahasan mengenai nasib tukang cendol yang kian terpuruk di tengah pandemi menjadi salah satu topik yang menarik perhatian pembaca.
Selain itu ada juga penipuan berkedok kredit dana cicilan yang sangat murah hingga mengapa kita sebaiknya tidak perlu mengejar kesemperunaan.
Berikut konten-konten menarik dan populer di Kompasiana:
dok. Muhammad Rafelda Tegarreksa
Pandemi yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 meruntuhkan berbagai macam roda ekonomi, baik makro maupun mikro. Tak terkecuali usaha milik Pak Alex, usaha
es cendol yang telah dilakoni sejak 1996. (
Baca selengkapnya)
Ilustrasi mengisi data pribadi ke situs pinjaman online abal-abal. Sumber: Shutterstock via Kompas.com
Menjadi tak masuk adalah karena plafon kredit maksimal hingga Rp 500 juta masih menggunakan nama koperasi. Sangat jarang koperasi di Indonesia bisa ngasih pinjaman sebesar itu.
Bahkan, andai cair semaksimal itu, berarti modal tersimpan di kas koperasi itu harusnya lebih besar dari setengah miliar. Ngga mungkin donk, abis cairin ke nasabah 500 juta setelah itu zonk alias stock dana habis? (Baca selengkapnya)
Ilustrasi balap sepeda (THINKSTOCK via KOMPAS.com)
Taktik ini dinamakan taktik balap sepeda atau pemecah peloton. Pemain
saham harus mampu belajar membaca pola permainan taktik tersebut agar selamat tidak terjebak dan kehilangan uang. (
Baca selengkapnya)
ilustrasi | envato elements
Perasaan takut kehilangan barang-barang lama, belum rela membuang atau memberikan pada orang lain jadi alasan. Decluttering sendiri sudah banyak dilakukan secara rutin oleh mereka yang menganut hidup minimalis. (
Baca selengkapnya)
Mengejar kesempurnaan | Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Pernahkah kamu merasa harus berkompetisi ketika kamu berada dan bekerja bersama orang-orang yang lebih ahli daripada kamu? Atau pernahkah kamu merasa rasa percaya diri kamu begitu rendah ketika kamu gagal mendapatkan hasil terbaik?
Tapi pernahkah kamu bertanya, mengapa kita harus sebegitunya mengejar kesempurnaan? (Baca selengkapnya)
Lihat Lyfe Selengkapnya