Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Selamatkan Keluarga dari Covid-19, Jangan Dulu Mudik!

30 April 2021   05:22 Diperbarui: 30 April 2021   11:04 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar program Kata Netizen yang ditayangkan Kompas TV, Kamis (29/4) dengan topik "Curi Start Mudik Lebaran"

Mudik ini memang termasuk ke dalam tradisi yang sudah berjalan di masyarakat Indonesia sejak tahun 70-an.

Tujuan utamanya adalah untuk silaturahmi kepada keluarga atau sanak saudara yang berada di kampung halaman.

Untuk bisa tetap silaturahmi dengan keluarga di kampung tanpa mudik, menurut Nadia Jovani tidak harus dilakukan secara langsung dengan cara mudik.

"Alternatifnya mungkin bisa dilakukan transformasi bentuk silaturahmi dari yang tadinya secara langsung menjadi ke dalam bentuk silaturahmi secara digital," ungkapnya.

Ia menambahkan terkait alternatif secara digital ini memang tidak mudah, perlu adanya ajakan dan imbauan dari tokoh agama yang dianggap memiliki legitimasi untuk menjelaskan makna utama dari silaturahmi tersebut.

Windhu juga menjelaskan bahwa agar masyarakat Indonesia bisa tertib taat aturan pelarangan mudik kali ini harus memiliki persepsi risiko yang tinggi.

"Mereka (calon pemudik) ini harus memiliki persepsi risiko yang tinggi (tentang covid-19), dan hal itu tentu harus terus dibangun melalui komunikasi publik dari pemerintah dan kita semua," jelasnya.

Terkait pelaksanaan pengetatan petugas di lapangan terhadap para pemudik yang nekat, Nadia menjelaskan bahwa harus ada kesamaan rasionalitas soal aturan pelarangan tersebut.

"Harus ada kesamaan rasionalitas soal aturan pelarangan dan pengetatan mudik ini antara pemerintah dengan pelaksana di lapangan termasuk dengan pengawas yang paling dekat dengan masyarakat, seperti petugas RT, RW, Kelurahan, dll," jelasnya.

Menurut Kompasianer Tamita Wibisono, fenomena mudik ini dalam kacamata konten kreator bisa dimanfaatkan sebagai sebuah ajang besar untuk membuat konten.

Ia juga sependapat dengan Nadia bahwa para calon pemudik harus diberikan pemahaman terkait silaturahmi juga bisa dilakukan secara digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun