Pada perayaan Hari Santri Nasional 2020 kini bertemakan: Santri Sehat Indonesia Kuat.
Peringatan Hari Santri Nasional ini biasanya dimanfaatkan oleh warga Nahdlatul Ulama (NU) dan masyarakat secara umum guna mengenang serta meneladani para ulama dan santri.
Namun, apakah kini menjadi santri yang mondok di Pesantren, sudah jadi pilihan utama para orangtua hingga pilihan sendiri anaknya?
Jika merunut bagaimana sistem pendidikan di Indonesia, bahwa proses belajar di pondok pesantren merupakan sistem pendidikan tertua di Indonesia: murid yang nyantri datang belajar siang dan malam bahkan tinggal di rumah gurunya, mengabdi sambil belajar agama.
Maka tidak heran kalau kiprah dan kontribusi para santri untuk membangun negeri dengan semangat dedikasi sangat pantas diacungi jempol dan diapresiaasi.
Menurut Kompasianer T.H. Salengke, pesantren adalah gambaran pendidikan yang sistematik, terpadu dan memiliki intensitas tinggi.
Sebab, hasil akhir dari pendidikan pesantren itu harapannya para santri masuk dalam 3 tipe masyarakat yang taat dan memahami ilmu agama yaitu ulama pemimpin (ulil amri), ulama cendekiawan (ulil albab), dan ulama wiraswasta (ulil amwal).
Pesantren yang dulu dicibir, lanjut Kompasianer T.H. Salengke, kini menjadi miniatur masyarakat madani di tengah gemerlapnya modernitas.
Mari simak bagaimana perkembangan pendidikan santri di kalangan masyarakat.
1. Santri Perennial, Revitalisasi Genealogi Intelektual Pesantren
Pertanyaan besar dalam pendidikan pesantren modern, seperti yang dituliskan Kompasianer Syahirul Alim, adalah apakah kini telah memutus dan menutup lingkaran tradisi sakral?
Pasalnya santri itu sejatinya merupakan para pemikir yang terus hidup, menghidupkan dan mengabadikan tradisi keislaman secara integral.