Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Populer dalam Sepekan: Viral Tagar Indonesia Terserah hingga Pengalaman Dikarantina di Graha Lansia, Jambi

24 Mei 2020   07:46 Diperbarui: 24 Mei 2020   18:14 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas menggunakan smart helmet thermal untuk mendeteksi suhu tubuh saat rapid test covid-19 massal yang digelar Badan Intelijen Negara di Pasar Bogor, Senin (11/5/2020). Sebanyak 500 orang warga mengikuti rapid test ini guna mencegah penyebaran virus corona. (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Jika demokrasi adalah jalan menuju kesejahteraan, tulis Kompasiner Julius Deliawan, maka rakyat memiliki ruang memadai untuk mengembangkan segala potensi yang mereka miliki.

Demokrasi merupakan jalan di mana setiap individu memiliki kesetaraan pada akses-akses ekonomi, tidak hanya pada akses politik.

Setelah 32 tahun berkuasa, Suharto benar-benar turun dari tampuk kekuasaannya. Pengunduran dirinya ketika itu menghasilkan histeria para penentangnya.

Untuk alasan itulah reformasi dilakukan: memberi ruang yang sangat luas bagi demokrasi.

"Tetapi bagaimana dengan hegemoni rezim yang terlanjur dihidupi oleh para pelaksana dari bentuk baru ketatanegaraan kita?" lanjutnya.

Setelah 22 tahun reformasi, menurut Kompasiner Julius Deliawan, reformasi hanya mengubah wajah, memoles muka, tanpa mengubah paradigma. (Baca selengkapnya)

5. Membandingkan Penghasilan Menjadi Ghostwriter dengan Menulis Buku Sendiri

Kompasianer Yana Haudy memulai tulisannya dengan sebuah pertanyaan menarik: berapa royalti yang kita dapatkan dari penerbit untuk buku yang kita tulis?

Sejauh pengamatannya, jika memakai sistem royalti maka penulis debutan biasanya dapat 5 persen dari harga buku. Akan tetapi tergantung, jika penulis menganggap naskahnya memang cukup bangus, ia akan melakukan negosiasi royalti hingga 10 persen.

Lantas bagaimana dengan profesi sebagai ghostwriter?

"Pada 2006 saya menulis untuk seorang veteran yang ingin menulis buku pengalaman beliau sebagai pejuang," tulis Kompasianer Yana Haudy menceritakan pengalamannya.

Soal penghasilan, lanjutnya, bayaran ghostwriter memang (sedikit) lebih besar daripada jika kita menulis buku sendiri lalu menunggu royalti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun