Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Populer dalam Sepekan: Pengunduran Diri Belva hingga Anomali Angka Kematian Covid-19 di Jerman

26 April 2020   05:10 Diperbarui: 26 April 2020   12:04 2035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Staf Khusus Presiden RI ketika pertama kali baru diperkenalkan oleh Joko Widodo. (Foto: ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

"Ketika pengalaman tidak positif terus berulang, maka akan semakin berat dan pada akhirnya menjadikan seseorang mengalami psikosomatis, sakit karena pikiran," tulis Kompasianer Endro S. Efendi.

Nah, untuk mengetahui lebih lanjut, cobalah jawab dengan jujur pada diri sendiri. Terlebih, tak perlu tertekan, menghakimi, atau mengkritik jawaban dari diri sendiri. (Baca selengkapnya)

5. Anomali Angka Terinfeksi Covid-19 dan Rendahnya Angka Kematian di Jerman

Apa yang berbeda dari cara Indonesia dan Jerman dalam merespon pandemi Covid-19?

Dari apa yang dirasakan sendiri oleh Kompasianer Denny Boos, setidaknya ada 3 catatan penting yang bisa jadi pembelajaran bagi kita, yakni (1) Informasi yang update lewat Media; (2) Mengadakan tes Masif dan melacak kontak-kontak orang yang terinfeksi; (3) Rasa percaya masyarakat terhadap Pemerintah.

Secara umum, tulis Kompasianer Denny Boos, Jerman juga memberlakukan social-physical distancing, tapi ada beberapa kota yang memberlakukan lockdown.

Hal ini terbukti, hasilnya adalah rendahnya angka terinfeksi dan meninggal dari 16 negara bagian lainnya di Jerman.

Namun, ada yang ingin ditekankan oleh Kompasianer Denny Boos yaitu lakukan tes masif.

"Jika ingin mengontrol pandemi ini maka kita harus tahu siapa yang terinfeksi. Bagaimana caranya? Melakukan tes! Seperti anjuran badan kesehatan dunia (WHO): Tes, tes, tes!" lanjutnya. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun