Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ondel-ondel, Dari Sanggar hingga Jalan Besar

22 Juni 2019   02:33 Diperbarui: 22 Juni 2019   23:56 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ondel-ondel dibawa dari Pasar Goplok, Senen, Jakarta Pusat. | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion

Ondel-ondel dari Sanggar Cahaya Kelvin | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion
Ondel-ondel dari Sanggar Cahaya Kelvin | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion

Ketika kami tanyakan, itu memang ondel-ondel pesanan. Dibuat dari sekarang untuk sebuah acara. Bahkan dulu Sanggar Cahaya Kelvin pernah mendapat pesanan ondel-ondel dengan tinggi sekira 15 meter.

"Cukup banyak memang pesanan seperti ini," katanya sambil menunjuk ondel-ondel setengah jadi itu, "apalagi jika dekat-dekat ulang tahun Jakarta. Kadang (malah) kami tidak sanggup mengerjakannya. Makanya kami oper ke sanggar lain mengerjakan orderan," lanjutnya.

Harga setiap ondel-ondel beragam. Namun, untuk biaya produksi 1 ondel-ondel yang digunakan ngamen bisa habis Rp. 1,5 - 2 juta. Itu sudah termasuk gerobak dan alat pemutar musik di dalamnya.

Baca: Bertahan Hidup dari Balik Ondel-ondel

Merawat ondel-ondel bisa dibilang gampang-gampang-susah. Sebab setiap kali pulang ngamen, ada saja ondel-ondel yang kainnya sobek atau rangkanya patah. Jika sudah seperti itu mesti diperbaiki. Apalagi jika musim hujan, ondel-ondel bisa lebih mudah rusak.

Infografis Ondel-ondel | Sumber: Hasil wawancara dengan Sanggar Cahaya Kelvin | Grafis: Cecilia Mega
Infografis Ondel-ondel | Sumber: Hasil wawancara dengan Sanggar Cahaya Kelvin | Grafis: Cecilia Mega

***

Sanggar Cahaya Kelvin ini memang diinisasi untuk mengisi kegiatan warga. Bahkan sampai terkenalnya, ada saja orang-orang dari luar Jakarta atau luar pulau Jawa sengaja datang untuk belajar.

"Namanya juga sanggar, jika ada yang datang dan ingin belajar pasti kami terima," katanya.

Di sanggar itu juga pernah didatangi mahasiswa untuk penelitian. Alasannya memang belajar, namun tujuannya beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun