Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ondel-ondel, Dari Sanggar hingga Jalan Besar

22 Juni 2019   02:33 Diperbarui: 22 Juni 2019   23:56 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ondel-ondel dibawa dari Pasar Goplok, Senen, Jakarta Pusat. | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion

Cuaca begitu terik, namun karena masih banyaknya pepohonan di depan Sanggar Ondel-ondel Cahaya Kelvin, Pasar Gaplok, Senen, Jakarta Pusat jadi terasa menyejukan. Suasana setiap siang di Kampung Gaplok --atau kampung Ondel-ondel-- tak  ayal sebuah perayaan Kota Jakarta. Keceriaan dan semangat saling membantu antar satu tim dan/atau sanggar lain begitu kentara.

Sedangkan Sanggar Cahaya Kelvin memiliki 10 ondel-ondel yang digunakan mengamen. Setiap tim ondel-ondel berangkat terdiri dari 3-4 orang, tergantung dari orang yang hari itu ada di sanggar.

Banyak kisah yang menyenangkan dari sanggar yang dibagikan kepada aku, Havis, dan Kevin. Tetapi, yang membuatku tertarik adalah kisah bagaimana orang-orang sanggar yang tertangkap razia.

"Sanggar Cahaya Kelvin ini memang diinisasi untuk mengisi kegiatan warga. Bahkan sampai terkenalnya, ada saja orang-orang dari luar Jakarta atau luar pulau Jawa sengaja datang untuk belajar."

Sebenarnya mudah saja mengurusnya, sebab Sanggar Cahaya Kelvin telah didaftrarkan dari Kelurahan hinnga Dinas Sosial. Jadi kalaupun ada yang tertangkap relatif, cukup menjemputnya ke Kantor Dinas Sosial.

"Oh, bukan oleh Satpol PP atau polisi, ya?"

"Bukan, semua dilakukan oleh Dinas Sosial. Dulu terjaring razia karena ngamen ke jalan saat sore. Itu memang tidak boleh. Kami baru boleh mendapat izin dan memang sudah begitu aturannya, kalau ngamen (di jalan) itu malam hari," jawabnya.

"Selain di jalan raya ngamennya ke mana aja, Bang?"

"Masuk perkampungan, pasar, atau swalayan."

Tidak jauh dari tempat kami berbincang, ada ondel-ondel yang tengah dibuat. Cukup besar. Yang jelas berbeda dengan ondel-ondel yang digunakan untuk ngamen.

Ondel-ondel dari Sanggar Cahaya Kelvin | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion
Ondel-ondel dari Sanggar Cahaya Kelvin | Foto: Kompasiana/Kevin A. Legion

Ketika kami tanyakan, itu memang ondel-ondel pesanan. Dibuat dari sekarang untuk sebuah acara. Bahkan dulu Sanggar Cahaya Kelvin pernah mendapat pesanan ondel-ondel dengan tinggi sekira 15 meter.

"Cukup banyak memang pesanan seperti ini," katanya sambil menunjuk ondel-ondel setengah jadi itu, "apalagi jika dekat-dekat ulang tahun Jakarta. Kadang (malah) kami tidak sanggup mengerjakannya. Makanya kami oper ke sanggar lain mengerjakan orderan," lanjutnya.

Harga setiap ondel-ondel beragam. Namun, untuk biaya produksi 1 ondel-ondel yang digunakan ngamen bisa habis Rp. 1,5 - 2 juta. Itu sudah termasuk gerobak dan alat pemutar musik di dalamnya.

Baca: Bertahan Hidup dari Balik Ondel-ondel

Merawat ondel-ondel bisa dibilang gampang-gampang-susah. Sebab setiap kali pulang ngamen, ada saja ondel-ondel yang kainnya sobek atau rangkanya patah. Jika sudah seperti itu mesti diperbaiki. Apalagi jika musim hujan, ondel-ondel bisa lebih mudah rusak.

Infografis Ondel-ondel | Sumber: Hasil wawancara dengan Sanggar Cahaya Kelvin | Grafis: Cecilia Mega
Infografis Ondel-ondel | Sumber: Hasil wawancara dengan Sanggar Cahaya Kelvin | Grafis: Cecilia Mega

***

Sanggar Cahaya Kelvin ini memang diinisasi untuk mengisi kegiatan warga. Bahkan sampai terkenalnya, ada saja orang-orang dari luar Jakarta atau luar pulau Jawa sengaja datang untuk belajar.

"Namanya juga sanggar, jika ada yang datang dan ingin belajar pasti kami terima," katanya.

Di sanggar itu juga pernah didatangi mahasiswa untuk penelitian. Alasannya memang belajar, namun tujuannya beragam.

Namun, lucunya, sampai ada yang niat belajar ke Sanggar Cahaya Kelvin dengan niat membuka sanggar baru.

"Belum lama ini sih ada yang datang dari Depok dan Bekasi, dia datang dari tidak tahu apa-apa soal ondel-ondel sampai paham cara buat dan mengatur orang-orang yang ingin ngamen ondel-ondel," lanjutnya menceritakan pengalaman itu kepada kami.

Dengan semangat berbagi tersebut sebenarnya ia dapat dari almarhum ayahnya sewaktu masih merintis Sanggar Ondel-ondel, katanya yang namanya ilmu tidak akan habis bila digunakan untuk mengajarkan yang membutuhkan.

Simak pula lanjutan reportase tim Kompasiana News tentang Pengamen Ondel-ondel lainnya: Lika-liku Ngamen Ondel-ondel: Razia, Diusir Satpam, dan Bentrok dengan Pengamen Lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun