April 2018, K-News telah mengulas alasan-alasan mengapa buku di Indonesia begitu mahal. Tentang betapa sulitnya membeli buku karena, secara langsung atau tidak, ada kebutuhan lain yang dikorbankan. Sehingga muncul sebuah guyon lawas ini: minat baca masyarakat Indonesia sebenarnya tinggi, hanya saja minat membelinya yang rendah.
Setuju atau tidak terhadap guyon tersebut? Yang pasti itu guyon yang tidak lucu ya?
Namun, menjadi menarik ketika, ternyata masih banyak orang yang doyan membeli buku. Semisal: buku, menurut Hendra Wardhana, kini adalah bagian dari gaya hidup.
"Membaca buku semakin disukai layaknya hobi, kebutuhan, dan hiburan. Ini memberi harapan akan membaiknya minat masyarakat Indonesia terhadap buku," tulisnya dalam artikel Menambah Koleksi Buku Bacaan dengan Mudah dan Murah.
Ada. Dan memang banyak buku murah. Tapi yang menjadi persoalan adalah apakah buku murah akan berbanding terbalik dengan kualitasnya? Maksudnya, apakah kita bisa mendapat kualitas yang baik dari buku murah tersebut?
Maka, untuk menyederhanakan itu, sekali waktu kami tanyakan langsung kepada kompasianer melalui Pro-Kontra: Apa Alasanmu Membeli Buku, sampul yang bagus atau karena penulisnya terkenal?
Ternyata menuai cukup banyak komentar dan tanggapan. Bukan hanya secara kuantiti, melainkan jawaban yang menarik. Sebagai contoh komentar Ilma Amalia. Katanya, ia pernah mencoba eksplorasi untuk membaca buku dari penulis yang tidak ia kenal, tapi dapatnya sering yang tidak mengena. Karena pengalaman itu, ujung-ujungnya ia lebih mengutamakan penulis yang paling tidak sudah saya baca karyanya.
Atau tanggapan Pudji Prasetiono, misalnya, penulis yang sudah punya nama karya-karya nya selalu dinanti. Apa lagi penulis yang selalu menelurkan buku-buku yang best seller.
Baca juga:Â 11 Buku Fiksi yang Bisa Diwariskan hingga Generasi Kesekian
Namun, ada juga yang memilih karena sampulnya bagus. Bagi M Aulia Rahman, sampul yang bagus adalah koentji! "Tidak peduli penulisnya siapa," katanya. Alasan dari Rintar Sipahutar pun menarik: ingin membaca dan mengoleksinya.
Tidak apa-apa, itu hak mereka dalam menyampaikan pilihan --apapun alasannya. Tetapi, dari 42 komentar yang masuk di laman Pro-Kontra ini, 28 di antaranya memilih membeli buku karena telebih dulu kenal karya-karya penulisnya. Terkenal atau tidak, barangkali, itu label yang disematkan pasar saja kepada penulisnya, bukan?