Pada seri “Menakar Cagub DKI” kedua kali ini, Kompasiana merangkum tulisan Kompasianer tentang Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang resmi maju Pilkada DKI 2017. Sebelumnya masyarakat DKI sangat menantikan siapa yang akan menjadi pasangannya, dan akhirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan resmi mengumumkan Djarot Syaiful Hidayat sebagai pendamping Ahok.
Keputusan PDI-P mendukung Ahok ditanggapi beragam oleh masyarakat, sebagian ada yang menilai bahwa Ahok akan menang pada Pilkada 2017 karena memiliki partai dengan jumlah kursi terbanyak. Ada pula yang menginginkan Ahok untuk tetap pada pendiriannya dalam memimpin dan tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan partai politik. Untuk lebih jelas, berikut 3 pandangan Kompasianer tentang majunya Ahok di Pilkada 2017:
1. Jangan khawatir, Ahok Boleh Saja Berjas Merah tetapi Hatinya Tetap Kotak-kotak
Ahok juga menjelaskan arti tiga warna di baju kotak-kotak tersebut. Tiga warna tersebut memiliki makna bahwa warga Jakarta beraneka ragam, baik dari suku, etnis, maupun agama, dan tetap hidup berdampingan dengan damai. Ia juga menambahkan, sekalipun Ahok diusung PDIP untuk maju ke Pilkada DKI 2017 hatinya akan tetap “kotak-kotak”, maksudnya ia akan memimpin sesuai dengan ideologinya terdahulu.
2. Ahok Kalah Sebelum Bertanding
Faktor lainnya adalah kala itu Teman Ahok kabarnya telah berhasil mengumpulkan 1 juta KTP plus mendapat dukungan 24 kursi dari Hanura, Nasdem dan Golkar. Meski suara Ahok bisa dibilang cukup tinggi apalagi dengan didukung oleh PDIP, Ahok cs tidak boleh jemawa karena menang di luar ring. Belum tentu menang di dalam ring. Ini baru pemanasan.
3. Ini Alasan Ahok Bakal Menang di Pilgub DKI 2017
4. Kegagalan dan Kelemahan Ahok Ketika Memimpin Jakarta
Ahok mendapat suara lebih dari 50 kursi setelah mendapat dukungan dari PDIP. Kompas.com
Sosok Ahok memang fenomenal sebagaimana dikatakan banyak orang. Sikapnya cepat tanggap dan menjadi ciri khas. Namun menurut Adjat Sudradjat ada beberapa kegagalan dan kelemahan Ahok saat memimpin Jakarta. Salah satu program yang gagal adalah e-catalog dan itu memang dibenarkan oleh Ahok sendiri. Dari sisi infrastruktur, Pemprov DKI belum mampu menambah jumlah bus Transjakarta. Bus yang dulu dibeli pun telah rusak dan bermasalah. Dan hal ini pun diakui oleh Ahok sendiri. Meski gagal, sikap mau mengakui kegagalan ini patut diacungi jempol dan bisa menjadi cerminan untuk pejabat lainnya.
(LBT/YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H