Ungkapan seperti judul di atas adalah seperti apa yang diharapkan oleh para haters dan lawan politik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Tapi bagi para pendukung Ahok, kalimat di atas jelas sangat tidak cocok, salah dan harus diganti menjadi : Ahok (meng) kalah (kan) lawan sebelum bertanding. Kok bisa? Ya Ahok (dianggap) telah mengalahkan lawan sebelum bertanding, atau tepatnya menang sebelum bertanding.
Hal itu paling tidak (katanya) bisa diindikasikan dari dua hal. Pertama, Ahok diserang membabi buta dari kanan-kiri, depan-belakang mulai dari kasus Sumber Waras, reklamasi, dan masih banyak yang lainnya, tapi Ahok tetap bisa lolos. Temuan BPK berhasil dimentahkan oleh beberapa pihak, sehingga menurut KPK temuan itu tidak perlu ditindaklanjuti. Hasil pertemuan BPK dengan KPK pun hasilnya nol besar, skor 1-0 untuk kemenangan KPK dan Ahok.
Kasus reklamasi pun jalan di tempat. Sejumlah saksi sudah dihadirkan ke KPK untuk diperiksa, bahkan terakhir ada issu aliran dana sebesar 30 milliar dari pengembang reklamasi ke kantong teman Ahok, pun belum ada bukti. Junimar Girsang yang mengatakan punya bukti belum buka mulut kembali, mungkin buktinya masih disimpan untuk “dirudalkan” pada saat yang tepat, entahlah! KPK adem ayem, saking ademnya ada beberapa pakar yang menuduh lembaga antirasuah itu membela Ahok. Lagi-lagi KPK berhasil memangankan Ahok dengan skor 2-0 untuk kekalahan para haters.
Kedua, Teman Ahok (kabarnya) telah berhasil mengumpulkan 1 juta KTP, plus mendapat dukungan 24 kursi dari Hanura, Nasdem dan Golkar. Artinya dia sudah dapat dua kendaraan sekaligus, kalau kendaraan yang satu mogok masih ada kendaraan yang lain, sementara para balon Gubernur DKI lainnya masih antri di halte, belum jelas kendaraan mana yang mau ditumpakinya. Meskipun terkait pengumpulan KTP tersebut politisi Gerindra Habiburrokhman yang bersumpah akan terjun dari Monas menganggap klaim Teman Ahok hanya sebagai psy waruntuk menggertak lawan-lawan politiknya saja. Namun sudah jelas, tanpa 1 juta KTP pun sekarang Ahok sudah punya kendaraan yang sangat layak untuk menuju DKI-1, meskipun Ahok sendiri mengaku lebih baik tidak jadi gubernur.
Gegeran pengakuan mantan anggota TA yang menelanjangi teman-teman yang masih aktif ditepis begitu saja. Si pelapor malah diteriaki maling, sang terlapor menjadi (seperti) yang benar, yang melapor yang salah. Pecundang, penghianat, mata duitan dan seabreg sebutan buruk lainnya pantas disematkan oleh orang-orang yang pro TA. lagi-lagi disini kubu Ahok menang lagi, berapa skornya? 3-0 kali ya? Isu 30 milliar pun tak ada tindak lanjut, TA melalu juru bicara dan kuasa hukum pun menepis isu (murahan) itu, lagi-lagi TA masih melenggang bebas. Apa mau ditambah skor, boleh lah... 4-0, wuihh hebat bener ya?
Pilkada DKI baru akan digelar tahun 2017, tapi Ahok cs sudah menang (kira-kira begitu) 4-0. Paling tidak bisa mengalahkan opini publik (di medsos) yang semula ingin menjatuhkannya. Meski terus digoyang, (sementara) ini masih kokoh dan makin mantap. Soal spy war atau bukan, yang tahu hanya Ahok dan Teman Ahok saja. Soal 1 juta KTP asli atau abal-abal pun, hanya TA yang tahu, publik tentu tidak tahu yang sebenarnya. Publik hanya ingin tahun kapan Habiburrokhman itu mau terjun dari Monas kali ya? Ah, tak mungkin itu, paling dari (miniatur) monas baru mungkin. Namun demikian Ahok cs tidak boleh jumawa, menang di luar ring, belum tentu menang di dalam ring. Ini baru pemanasan, pertarungan yang sesungguhnya baru akan terjadi di tahun 2017.
Ibarat balapan motorGP, Ahok boleh jadi sudah nangkring di atas kendaraannya, tapi Ahok sendiri belum tahu siapa bakal lawannya dan naik kendaraan apa. Selagi bendera start belum dikibarkan, belum ada yang boleh tancap gas untuk jalan, paling hanya bisa meraung-raung di tempat, selain untuk pemanasan ya untuk menghibur para penonton yang sudah lelah menunggu waktu begitu lama. Prediksi boleh, tapi mengklaim nanti dulu lah.. Berdo’alah untuk Jakarta yang lebih baik, siapapun pemimpinnya, karena Jakarta itu simbol Indonesia, simbol kita bersama. (Banyumas; 22 Juni 2016)
Bacaan; kompas, nahi, smcetak
Met Rehat Siang Semua!
Baca juga; Miris, Guru Honorer Terima Zakat 100 Ribuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H