Kompasianer, dapatkah dibenarkan menertibkan kucing liar dengan cara ditembak mati? Dan apakah sudah begitu meresahkannya populasi kucing saat ini hingga perlu diperlakukan demikian? Benarkah kebiri hewan liar jadi pilihan tepat?
Seorang Perwira tinggi TNI berinisial Brigadir Jenderal (Brigjen) menjadi pelaku penembakan terhadap sejumlah kucing di lingkungan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI, Bandung, Jawa Barat.
Ia menembak kucing-kucing tersebut dengan alasan ingin menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan dari kucing liar.
Ingin menertibkan dan memberikan kenyamanan lingkungan sekitar dari kucing liar boleh saja dilakukan, tetapi apakah harus dilakukan dengan cara seperti itu?
Sudah pasti tidak. Namun keberadaan kucing liar yang begitu banyak hari-hari ini---dan tak sedikit yang meresahkan---juga tak lepas akibat ulah kita.
Pasalnya tak sedikit perawat kucing yang melepas-liarkan kucing mereka begitu musim kawin tiba atau ketika kucing sudah beranak-pinak. Kurangnya kesadaran sterilisasi para perawat hewan juga masih minim.
Lain itu, pemerintah provinsi melalui dinas terkait juga perlu membuat langkah strategis agar ledakan populasi kucing liar---yang berbuntut penyiksaan hingga pembunuhan---bisa terkendali.
Kompasianer, bagaimana pandangan kamu terhadap ledakan populasi kucing liar yang semakin marak terjadi di jalanan? Bahaya apa yang muncul bila ledakan populasi kucing terjadi? Langkah apa yang perlu kita lakukan agar penyiksaan hingga pembunuhan hewan-hewan liar ini tidak kembali terulang?
Dan apakah kebiri kucing dan hewan liar lainnya jadi pilihan tepat untuk menekan populasi? Ataukah Kompasianer memiliki usulan cara lain?
Kompasianer, yuk bagikan opini dan pengalaman serta kiat dari kamu untuk menekan populasi kucing dan hewan liar lainnya di Kompasiana dengan menyematkan label Kebiri Hewan Liar pada tiap konten yang kamu buat.
