Mohon tunggu...
JTO
JTO Mohon Tunggu...

Berpengalaman mengelola perusahaan penerbitan media cetak dan televisi lokal. Sekarang penulis, pengajar dan pengelola rumah produksi. Memberi pelatihan jurnalistik untuk wartawan dan praktisi kehumasan. Memberi konsultasi bisnis media dan strategi komunikasi. Menulis buku Bisnis Gila (2004) dan Akal Sehat Dahlan Iskan (2014), Semua Orang Bisa Sukses (2015) dan Investasi Mulia (2016) email: intartosaja@gmail.com. Blog: www.catatanmuriddahlan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ketika Dieng Plateau Menggoda Penggemar Sepeda

27 Oktober 2013   13:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13828537772096701115

[caption id="attachment_288019" align="alignright" width="300" caption="Di kaki bukit Cikunir, menanti saat pendakian dengan berkemah."][/caption]

Bila Anda penggemar olah raga bersepeda, jalur Wonosobo - Dataran Tinggi Dieng layak dicoba. Lima jenis wisata yang bisa Anda nikmati dalam perjalanan sejauh 27 kilometer itu. Benar-benar menggoda!

Penggemar olahraga bersepeda menjadi wisatawan yang potensial di mata Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Namun, selama ini para penggemar sepeda enggan menjadikan Dataran Tinggi Dieng sebagai tujuan olahraga. Kendalanya adalah jalannya banyak lubang dan sempit.

Karena itu, jalur Wonosobo - Dieng sejauh 27 kilometer sekarang dilebarkan dan diaspal mulus. Mobil penumpang berukuran sedang sekarang sudah leluasa berpapasan di kedua jalurnya.

Pos peristirahatan juga sudah disediakan dengan selesainya gardu pandang. Gardu itu dilengkapi dengan fasilitas toilet umum yang bersih dan dijaga petugas.

Mengapa Dieng dipandang potensial untuk penggemar olah raga bersepeda? Dalam catatan saya, Dieng menarik untuk mereka karena memiliki track yang beraneka ragam. Ada yang datar, ada yang naik dan ada juga yang curam.

Ditunjang dengan hawa pegunungan yang sejuk, bahkan cenderung dingin, menjadikan Dieng lokasi ideal untuk berolah raga sepeda. Sambil mengayuh pedal sepeda, Anda bisa menikmati berbagai pengalaman tak terlupakan di Dataran Tinggi Dieng.

WISATA MATA

Dataran Tinggi Dieng atau Dieng Plateau terkenal di dunia sejak zaman Belanda karena memiliki pemandangan alam pegunungan dan lembah yang indah. Pemandangan itu bisa disaksikan dari Gardu Pandang yang menjadi pos pemberhentian pertama sebelum naik ke kawasan Dieng.

Dari Gardu Pandang, Anda bisa menyisir jalanan menuju Telaga Warna yang dalam hikayat lama terkenal sebagai tempat mandi bidadari itu. Perjalanan selanjutnya adalah menuju kawah gunung berapi yang menyemburkan gas berwarna putih.

Anda bisa menikmati matahari terbit dari atas bukit Cikunir. Hanya di atas bukit ini, Anda bisa ‘’menggenggam matahari’’ yang terbit perlahan dari ufuk timur.

Cobalah ke Dieng Plateau. Bawalah banyak teman sambil naik sepeda ke Dataran Tinggi Dieng. Anda boleh menginap di bungalow kecil yang ada di puncak pegunungan, atau homestay yang disiapkan warga. Boleh juga Anda membangun kemah dengan tenda yang bisa Anda bawa sendiri maupun disewa dari penduduk.

WISATA RASA

Bila Anda ke Dieng, jangan lewatkan lezatnya masakan bebek khas Wonosobo yang manis dan empuk. Juga makanan mi ongklok yang mengundang selera. Di seluruh dunia, mi ongklok hanya ada di Wonosobo.

Mi ongklok bisa dinikmati sepanjang waktu. Banyak warung mi ongklok yang buka sejak pagi hingga dini hari. Hawa dingin kota Wonosobo menjadikan mi onglkok yang masih panas menjadi sajian yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Anda pasti senang kentang goreng. Tapi, pernahkah Anda melihat bagaimana kentang dibudidayakan? Dieng adalah salah satu lokasi terbaik di Indonesia untuk menanam kentang. Sebuah pengalaman tak terlupakan bila Anda sempat belajar menanam, merawat dan memanen kentang di sawah-sawah petani.

Selain kentang, masyarakat Dieng juga menanam berbagai sayuran yang khas dataran tinggi yang berhawa dingin. Jagung manis, kol, kubis, wortel dan selada adalah sayuran yang menjadi sumber kehidupan mereka.

Sambil berkemah menunggu waktu pendakian ke puncak bukit Cikunir, Anda bisa menikmati jagung bakar dan kentang goreng yang masih panas. Anda juga bisa membawanya ke puncak bukit sambil menunggu matahari yang terbit dengan warna kuning-merah merekah.

WISATA BUDAYA

Bagi peminat sejarah, Dieng adalah wilayah yang menyimpan sejarah peradaban Jawa masa lampau. Di sinilah, masyarakat budaya Jawa bermula. Di sinilah sejak abad VII Masehi, orang Jawa, Keling, Muang dan Tionghoa telah bermukim. Pertemuan budaya itu menjadi cikal-bakal budaya masyarakat Jawa hari ini.

Di Dataran Tinggi Dieng pula, ditemukan prasasti yang diucapkan Mahapatih Gajah Mada sebagai Sumpah Palapa. Prasasti itu melengkapi berbagai candi dengan arsitektur indah yang dibangun pada zaman keemasan kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Kuno.

Prasasti dan candi-candi itu mencatat berbagai informasi tentang bagaimana orang Jawa membangun pemerintahan, menegakkan hukum, mengatur ketertiban masyarakat dan mencintai negara. Prinsip hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat Jawa yang masih bisa disaksikan hari ini, ternyata telah dituliskan di petilasan-petilasan itu, 8 abad yang lalu.

WISATA AGAMA

Dataran Tinggi Dieng kaya dengan situs purbakala berupa candi-candi yang menjadi tempat beribadah umat Hindu di Tanah Jawa pada masa lalu. Setelah kerajaan Mataram Hindu meredup digantikan Majapahit di Jawa Timur, pamor Dieng pun perlahan tenggelam.

Dieng semakin dilupakan setelah bangkitnya kerjaan Islam di Jawa dengan kalahiran Kesultanan Demak (Islam) yang berpuncak pada terbentuknya Kesultanan Mataram (Islam). Sejarah perkembangan Islam di tanah Jawa masih terus berlangsung hingga hari ini.

Meski Islam menjadi agama mayoritas masyarakat Jawa (juga di Dieng), keberadaan candi-candi itu tetap terjaga. Masyarakat Dieng tetap memelihara dan merawat keberadaan situs-situs Hindu itu sebagai cagar budaya dan menjadi pusat studi kebudayaan Jawa bermula.

Tidak heran apabila saat ini di sekitar candi juga berdiri masjid dan mushola.Bahkan sebagian besar ‘’local guide’’ di Dieng Plateau adalah gadis-gadis cantik berjilbab yang fasih menjelaskan setiap objek yang ada di sana, termasuk sejarah candi-candi Hindu itu.

WISATA FLORA

Carica adalah tanaman dari Amerika Selatan yang hidup subur dan bisa berbuah secara produktif di Dataran Tinggi Dieng. Tanaman yang dibawa oleh para pedagang pada zaman penjajahan Belanda itu, konon hanya tumbuh dengan baik di tempat asalnya, di sebuah dataran tinggi di Russia dan Dieng saja.

Carica adalah tanaman dari keluarga papaya. Bentuk pohon, daun, bunga dan buahnya mirip papaya. Hanya saja, buahnya kecil-kecil seukuran kepalan tangan orang dewasa.

Buah carica yang masih muda tidak bisa dimakan. Tapi buah yang sudah matang sangat lezat bila dibuat manisan. Manisan carica sekarang menjadi buah tangah khas Wonosobo. Manisan carica direndam dalam sirup dan dikemas dalam gelas-gelas plastik yang siap disajikan kapan saja.

Selain carica, Dieng juga lahan yang subur untuk tumbuhnya rumput yang berkhasiat sebagai obat kuat yang dikenal dengan sebutan Purwaceng. Rumput unik ini tidak ditemukan di tempat lain, di seluruh dunia. Hanya di Dieng rumput itu hidup dan dibudidayakan.

Perlu 24 jam untuk menikmati seluruh pesona Dieng Plateau. Anda bisa naik dengan sepeda di pagi hari. Kemudian turun ke Wonosobo besok pagi setelah menikmati sun rise terindah di Asia Tenggara dari puncak bukit Cikunir.

Kapan Anda akan ke Dieng Plateau?

Joko Intarto @IntartoJoko

Penulis dan Praktisi Komunikasi

Artikel ini boleh diterbitkan di blog Anda dengan menyertakan link blog saya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun