Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Yuk, Berkenalan dengan Grup Penulis Mettasik

30 November 2021   05:24 Diperbarui: 30 November 2021   05:30 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuk, Berkenalan dengan Grup Penulis Mettasik (dokpri)

Semuanya bermula dari ajakan kawan-kawan dari Jakarta Buddhist Centre untuk tampil sebagai narasumber bersama sahabat saya, Dr. Toni Yoyo.

Judul yang kami bawakan adalah Cara Mengkondisikan Mestakung untuk Mencapai Kesuksesan dan Kebahagiaan.

Acara berhasil dibawakan dengan baik. Takaran sukses itu relatif. Tapi, minimal ada 50 peserta.

Setelah acara selesai, kami masih lanjut berbincang-bincang di zoom. Mencoba membahas tema apa yang bisa dishare berikutnya.

Sahabat saya, Toni Yoyo adalah penulis buku. Sudah 14 buku motivasi dan Dhamma yang ia terbitkan. Salah satu yang paling monumental adalah "Unleash The Real You." Menjadi Mega Best Seller di Gramedia.

Buku Unleash The Real You (https://twitter.com/toni_yoyo/status/795439604895653888)
Buku Unleash The Real You (https://twitter.com/toni_yoyo/status/795439604895653888)

Ada pula hasil tulisan bersama. Termasuk mengenai Karma dan Angka dengan diriku. Diterbitkan dalam bentuk E-Book. Judulnya, Pengaruh Hukum Karma dan Angka dalam Kehidupan Manusia.

Kompasiana.com
Kompasiana.com

Sementara saya hobi menulis. Di Kompasiana, setiap hari tulisanku hadir menyapa.

Kesimpulannya; "Ayo kita ajak beberapa orang yang punya niat menulis dan belum kesampaian." Terbuka bagi siapa saja, namun fokusnya adalah tulisan Dhamma. Alias menyebar kebaikan dari sisi perspektif Budhhisme.

Karena saya adalah blogger dan Toni adalah penulis buku, jadilah kita menyesuaikan tujuan dari grup ini. Jangka pendek, saya akan memperkenalkan mereka dengan Kompasiana. Jangka panjang, adalah tugas Toni untuk menerbitkan buku dari hasil karya tulis bersama ini.

Ce Muljawati dan Ko Fendy pun didaulat untuk mencari peserta. Mana tahu, di antara teman-teman Buddhis, ada yang tertarik.

Kedua sahabatku ini bekerja sigap. Yang dibawa kebanyakan adalah mereka yang sudah sering membawakan materi Dhamma (alias Dharmaduta).

Sebagian lagi adalah aktivis Buddhis, instruktur meditasi, praktisi pendidikan, dengan bebagai latar belakang yang berbeda-beda. Awalnya sekitar 24 orang yang terkumpul. Meskipun per tulisan ini dibuat sudah menjadi 39. Semoga bertambah banyak.

Pengalaman menulis peserta cukup variatif. Ada yang belum pernah menulis, ada pula yang pengalamannya sudah segudang. Kondisi ini menjadi tantangan bagi kami untuk mensupervisi para sahabat kebajikan ini.

Kegiatan dimulai dengan sebuah acara via zoom yang dibawakan oleh Toni dan saya. Judulnya; Menulis itu Asyik.

Mengingat bahwa gaya dan pengalaman menulis setiap peserta bervariasi, maka Toni memutuskan untuk berfokus kepada hal-hal yang ringan saja.

Toni lebih banyak mengulik motivasi. Manfaat literasi, tentang kepenulisan, bagaimana memulai menulis, dan yang sejenis itu.

Intinya, kemampuan literasi urusan nanti, yang penting semangat harus membuncah pada level yang sama.

Bagaimana dengan diriku? Tugasku hanya memperkenalkan Kompasiana beserta tip dan trik ngeblog di rumah bersama ini.

Saya mulai dengan pernyataan, mengapa kita harus di Kompasiana? Jawabannnya karena saya adalah Kompasianer.

Pengalaman selama dua tahun, seharusnya cukup bagi saya untuk membimbing para sahabat menjadi Kompasianer. Meskipun tulisan mereka akan tercampur aduk dalam satu akun keroyokan bernama Grup Penulis Mettasik.

Jadilah saya didaulat menjadi admin, editor, dan mentor sekaligus. Jadi, bagi teman-teman, jika ada yang menyapa dan belum sempat kubalas, jangan kecewa ya. Saya hanya belajar dari Mimin Kompasiana saja. Eh...

Bekerja sendiri tentu memakan waktu. Tunggulah hingga ada seorang dua yang bersedia membantuku untuk blogwalking, barulah akun ini akan menjadi cerewet, seceriwis diriku. Ahhayy...

Sebelum saya melanjutkan lebih jauh, saya ingin menegaskan. Tujuan grup penulis ini memang menyebarkan Dhamma. Buddhis banget, kata sebagian orang.

Iya, gak apa-apalah. Anggap saja ini semacam PR sekolah bagi para aktivis vihara. Menuangkan isi kepala yang biasa dicuapkan, tapi belum pernah dituliskan.

Namun, kami juga berkeinginan untuk berbagi hal yang ringan tentang filsafat Buddhis sesuai dengan pengalaman hidup para penulis. Bagi kami, filsafat Buddhis adalah kebajikan universal yang tidak hanya dimiliki oleh kaum tertentu saja.

Katakanlah semacam sebuah ajakan untuk berbuat kebajikan yang tidak eksklusif. Meskipun ada satu dua istilah Pali, Sansekerta, yang Buddhis abis, mohonlah diabaikan. Sebagai editor, saya berusaha menjelaskan istilah-istilah yang masih terasa asing tersebut.

Kami juga bertekad untuk menghilangkan anggapan bahwa keyakinan kamilah yang terbaik. Tidak demikian, sobat. 

Moderasi dimulai dari mencintai agama orang lain, bukan menyombongkan agama sendiri. Ini tertera dalam prasasti Asoka dari zaman sang Buddha. Dan kami sangat meyakininya.

Oleh sebab itu, tulisan ringan akan lebih banyak ditemukan pada akun Grup Penulis Mettasik. Para narasumber akan banyak menuliskan tentang pengalaman hidup sehari-hari mereka yang terkait dengan apa yang disebut sebagai Kebaikan Universal.

Tidak bermaksud menggurui. Oh, tidak.

Kami hanyalah sekelompok orang yang baru saja belajar menulis dan sekaligus ingin menyebar kebaikan. 

Bahkan jika ada di antara para Kompasianer yang bersedia membagi tulisannya, pintu kami terbuka lebar. Sepanjang semangatnya tetap sama. Menyebar kebaikan.

Ps: Ada bonusnya lagi, nama kamu akan tertera pada banner kecil di bagian akhir tulisan. Foto bisa diatur. Seperti pada contoh permintaan Acek Rudy  di bawah ini (hoaks!).

Hoax Foto Acek Rudy
Hoax Foto Acek Rudy

Menulis itu asyik. Ini yang pertama kali didengungkan oleh beberapa penggagas grup ini. Makanya akun ini diberikan nama Mettasik. Lha, terasa janggal? Iya, sebabnya saya yang ngotot menambah kata Metta.

Lagipula kalau menulis itu asyik, singkatannya menjadi Menusik (baca; mengusik, menusuk). Aih, Daeng Khrisna yang kurindukan akan merisak habis diriku.

Metta sendiri dalam bahasa pali adalah cinta kasih. Kata ini biasanya berpasangan dengan Karuna (welas asih), Mudita (perasaan turut berbahagia), dan Upekkha (keseimbangan batin).

Keempat konsep ini tergabung dalam sebuah istilah besar Brahma-vihara. Alias empat sifat luhur yang patut dijalani.

Itulah mengapa Mettasik kami pilih. "Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan cara unik."

Aih, saya sudah bisa membayangkan risakan Engkong. Dia pasti akan mengatakan jika Acek jago cinta plus kasih. Iya, Engkong... Metta itu memang artinya perasaan cinta tanpa pamrih. Termasuk aku padamu. Eh...

Demikian penjelasan singkat ini ya manteman. Mohon agar dapat memberikan dukungan bagi grup ini. 

Kami tidak memiliki target apa-apa. Tiada lain hanya kebahagiaan yang ingin kami bagi. Sudah bisa menulis itu sudah syukur. Siapa tahu plus rezeki Karewar. Eh...

Salam hormat dari kami semua kepada Para Kompasianer dan Pengelola Kompasiana.

Semoga Seluruh Mahluk Hidup Berbahagia. Saddhu, Saddhu, Saddhu

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun