Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk, Berkenalan dengan Suku Tikus di Beijing

24 November 2021   04:39 Diperbarui: 24 November 2021   04:45 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bak film horor, penghuni kompleks apartemen mewah Julong Gardens, Beijing heboh. Kompleks yang seharusnya ekslusif itu sering kedatangan tamu tak diundang.

Tidak ada niat jahat, hanya saja wajah-wajah mereka tidak dikenal oleh penghuni kompleks. Usut punya usut, ternyata mereka juga adalah penghuni di sana.

Tapi, mereka tidak tinggal di atas tanah. Di bawah tanah kompleks apartemen mewah, ada kamar-kamar kontrakan tanpa jendela. Ruangannya bisa menampung sekitar 400 orang.

Kehidupan Suku Tikus

Mereka bukan mahluk dari planet lain, orang-orang di China mengenal mereka sebagai ShuZu alias Suku Tikus. Dalam keseharian, mereka membaur dengan penduduk Beijing lainnya. Saat malm tiba, Suku Tikus ini akan kembali ke sarang mereka di bawah tanah kota Metropolitan.

Angka 400 jiwa yang tinggal di bawah apartemen mewah Julong Gardens, hanya sebagian kecil dari komunitas ShuZu. Secara keseluruhan, jumlahnya mencapai 1 juta jiwa. Hidupnya di dalam terowongan bawah tanah, yang panjangnya mencapai 30 kilometer, luasannya mencapai sekitar 78 kilometer persegi, dan dengan tinggi setara gedung 3 lantai.

Siapakah Mereka?

Pekerja migran, pekerja informal, hingga kawula muda yang datang ke Beijing untuk mengadu nasib. Alasan mereka menjadi Suku Tikus adalah biaya sewa yang murah.

Banyak dari mereka yang berpenghasilan rendah, seperti Keluarga Ji. Mereka tinggal di bagian saluran pembuangan. Bagian dari Kampung Tikus yang tidak berbayar.

Keluarga ini hanya mandi seminggu sekali. Itu pun di toilet umum pinggiran kota. Jarak tempuhnya jauh dari tempat mereka berada. Ayah Ji bekerja sebagai tukang sampah. Gajinya tidak lebih dari 500 ribu rupiah per bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun