Alhasil, pada tahun yang sama, City meresmikan kelompok supporter resmi. Demikian pula dengan MU yang kala itu rumah barunya telah selesai dipugar. Perbedaan klub supporter ini bak perang sipil. Merah dan biru serasa bendera resmi yang harus menguasai Manchester. Tidak lewat peperangan, tapi melalui pertandingan sepak bola. Khususnya antara Setan Merah dan The Citizens.
Sejarah ini kembali berulang pada saat MU menjamu City di Old Trafford pada tengah malam ini. Siapakah yang akan jadi pemenang, tidak ada yang bisa memprediksikannya.
Satu hal yang pasti, perseteruan ini akan selalu mengoyak luka lama. Meskipun hanya pertandingan sepak bola saja, tapi faktor sejarah tidak bisa lenyap begitu saja.
Apakah yang terjadi jika Hitler tidak menyerang Manchester pada 1941? Apakah MU dan City akan akur-akur saja? Mungkin juga tidak, karena rivalitas dalam sepak bola selalu ada.
Mengapa demikian? Karena pada dasarnya manusia adalah mahluk konflik. Perbedaan kecil bisa menjadi permasalahan besar. Apalagi jika untuk membuktikan siapakah yang terbaik.
Semoga laga Manchester City kontra Manchester United berjalan lancar pada malam hari ini. Siapa pun pemenangnya tidak masalah lagi, karena ketangguhan kedua tim telah terbukti melalui sejarah.
Hidup Mancheter United! Eh...
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI