Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Tua Kapolri Hoegeng, Menyanyi dan Melukis untuk Mencari Nafkah

11 Mei 2021   04:40 Diperbarui: 11 Mei 2021   04:42 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa Tua Kapolri Hoegeng, Menyanyi dan Melukis untuk Mencari Nafkah (rizkypriatna.wordpress.com)

Kasus Petisi 50 jadi besar. Soeharto tidak terima. Sempat beredar isu jika para penandatangannya akan diisolasi sebagai tahanan politik. Namun, keputusan itu ditolak M. Jusuf yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan Keamanan / Panglima ABRI. (Pers Bertanya, Bang Ali Menjawab, 1995:92).

Para pelaku petisi akhirnya dikucilkan. Kehilangan pekerjaan, kesulitan mendapat kredit bank, tidak boleh tampil di depan acara resmi pemerintah, dan dicekal ke luar negeri.

Gerakan mereka dibatasi, selalu diawasi oleh intel pemerintah. Diintimidasi hingga akhirnya, kehidupan ekonomi mereka turut carut marut. Begitu pula dengan Hoegeng.

Setelah tidak lagi menjadi penyanyi, Hoegeng menafkahi hidupnya sebagai pelukis. Uang pensiunnya tidak cukup untuk biaya hidupnya. Rabu, 14 Juli 2004, Hoegeng menghembuskan nafas terakhirnya. Ia menderita stroke dan sempat dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Jenasahnya dimakamkan di TPU Parung, Bogor, Jawa Barat.

Beginilah kisah hidup Hoegeng. Menjadi polisi yang jujur di masanya, dan berakhir sebagai seniman.

Beberapa masa telah berlalu. Di tengah-tengah semangat untuk membentuk pemerintahan yang bersih, namanya kembali dikenang.

Bagian dari sejarah yang tak pernah terlupakan. Hoegeng hanyalah salah satu di antara tiga polisi jujur, seperti candaan yang pernah dilontarkan oleh Gus Dur, presiden ke-4 Indonesia.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun