Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Sejauh Mana Kemajuan Teknologi Aman bagi Penerbangan? Yuk, Intip Air Force One

13 Januari 2021   06:38 Diperbarui: 14 Januari 2021   14:52 6869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Air Force One (sumber: international.kompas.com)

Peristiwa jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 masih menghiasi percakapan di media sosial. Perkembangan terakhir adalah ditemukannya salah satu dari dua kotak hitam pesawat yang diharapkan dapat menguak misteri jatuhnya pesawat ini.

Duka yang mendalam menyelimuti khayalak. Kejadian yang sama diharapkan tidak akan terjadi lagi. Polemik mengenai apa yang bisa dilakukan oleh maskapai penerbangan atau perusahaan pembuat pesawat ramai didengungkan.

Harapan terhadap perkembangan teknologi industri penerbangan terbelah menjadi dua kubu. Yang pertama mengharapkan adanya fitur canggih seandainya pesawat menjadi tidak terkendali. Kubu kedua lebih fokus kepada fitur yang dapat membuat pengalaman penerbangan menjadi lebih nyaman tanpa kecelakaan.

Terlepas dari polemik ini, pertanyaan yang menggelitik datang dari "seberapa jauhkah pengetahuan manusia dapat membuat perjalanan udara menjadi lebih aman dan nyaman?"

Untuk itu, penulis mengajak pembaca untuk melihat kecanggihan Air Force One, pesawat resmi Kepresidenan Amerika Serikat yang ditenggarai sebagai pesawat udara yang paling canggih di dunia.

Kedigdayaan industri pesawat udara Amerika Serikat terkenal lewat perusahaan Boeing. Perusahaan yang yang memproduksi pesawat Sriwijaya Air. Lantas dimana letak perbedaannya dengan Air Force One yang juga diproduksi oleh Boeing?

**

Salah paham yang paling besar mengenai Air Force One adalah pesawat yang terkenal karena kemewahannya. Padahal, pesawat ini juga memiliki fitur keamanan yang sangat canggih dan mampu menjadi pusat komando dalam keadaan darurat.

Hal ini sudah pernah dilakukan di masa kepresidenan George W Bush, pada saat serangan teoris berlangsung di Amerika Serikat, 2001 lalu. Bush mengubah Air Force One menjadi pusat komando di tengah perjalanannya kembali ke Washington, D.C.

Yang pasti, pesawat yang mampu memuat sekitar hampir 100 orang ini memiliki teknologi yang mampu menghindari dari serangan jet tempur. Pesawat ini dilengkapi dengan radar yang mampu mendeteksi ancaman udara, sekaligus menghindari misil dengan flare deteksi panas bila ada serangan udara.

Selain mampu terbang mendekati kecepatan super sonik, pesawat ini juga bisa digunakan untuk mengitari setengah perjalanan bumi tanpa mengisi bahan bakar. 

Namun jika diperlukan, pesawat ini juga bisa mengisi bahan bakar di udara pada ketinggian 10.000 meter. Fitur yang tidak dimiliki oleh pesawat sipil manapun.  

Badan pesawat didesain terdiri dari tiga lantai, dengan luas sekitar 371 meter persegi. Sebagai pusat komando, tentu saja komunikasi menjadi hal yang penting. Pesawat ini juga dilengkapi dengan 85 telepon dengan saluran yang aman dari penyadapan.

Dalam keadaan darurat, pesawat ini juga dilengkapi dengan dapur besar yang bisa memberi makan hingga 100 orang dan menampung lebih dari 2000 jenis bahan makanan hingga berhari-hari lamanya.

Jika ada yang sakit atau terluka, pesawat ini juga dilengkapi ruang perawatan kesehatan bagi presiden dan stafnya. Dokter kepresidenan juga selalu siap dalam setiap penerbangan, hingga ruang operasi.

Dalam keadaan darurat dan perang nuklir meletus. Para ahli sudah memikirkannya dengan membuat pesawat ini tahan dari ledakan nuklir.

Pertanyaan yang menggelitik, bagaimana jika pesawat ini benar-benar tidak bisa lagi dikendalikan? Jangan khawatir, Air Force One selalu didampingi oleh pesawat E-48 yang juga dikenal sebagai "Doomsday Plane."

Jika ancaman nuklir semakin parah atau ancaman lain yang berpotensi membahayakan, maka seluruh penumpang, terutama presiden bisa pindah ke pesawat ini.

Dengan demikian, terbukti bahwa kecanggihan teknologi mampu memberikan perlindungan kepada para awak dan penumpang dalam sebuah perjalanan udara.

Lantas mengapa teknologi ini tidak diterapkan pada pesawat penerbangan sipil biasa? Jawabannya adalah masalah perhitungan ekonomi.

Biaya pembuatan pesawat ini luar biasa besarnya. Untuk produksi awalnya saja telah menghabiskan biaya sekitar 660 miliar dollar AS, atau setara dengan 9,2 Triliun rupiah. (kurs 14.000 rupiah per dollar AS).

Air Force one versi 1987 terakhir digunakan pada masa jabatan presiden AS ke-44, Barrack Obama. Di tahun 2019, Air Force One diperbaharui dan Pentagon harus meraih kocek sebesar 20,1 triliun rupiah.

Ini belum termasuk ongkos operasionalnya yang memakan biaya sekitar 56.000 dollar per jam, atau jika dirupiahkan sekitar 780 juta rupiah.

"Ada harga, ada kualitas." Itulah mengapa kecanggihan pesawat ini tidak sepadan dengan pesawat komersil biasa pada umumnya. Bayangkan berapa harga tiket yang harus dibayar dalam sebuah penerbangan domestik, jika faktor keamanan dari kecanggihan ini harus dipenuhi.

**

Musibah jatuhnya Sriwijaya Air SJ182 masih menyimpan duka mendalam. Di satu sisi kita semua mengharapkan agar kejadian ini tak terulang lagi. Namun, di sisi lain janganlah menyalahkan pihak-pihak tertentu atas kejadian ini.

Terkait sejauh mana teknologi bisa melindungi manusia, pada akhirnya semua akan tiba pada waktunya. Perkembangan industri aviasi sudah berevolusi berpuluh-puluh tahun lamanya. Apa yang kita nikmati sekarang, tentunya tidak pernah dirasakan oleh buyut kita.

Pada akhirnya, mengharapkan teknologi untuk keamanan adalah hal yang wajar. Manusia tentu tidak akan tinggal diam jika menyangkut keselamatan nyawa. Namun, di sisi lain perhatian utama tetap harus berasal dari rasa peduli kita dalam merawat hidup ini.

Manusia memiliki otak untuk mengubah keadaan, namun kita juga memiliki hati yang mampu mengubah dunia. Musibah Sriwijaya Air diharapkan mampu memberi pelajaran bagi kita semua. Bahwasanya kita harus bisa melakukan yang terbaik dari semua hal yang kita miliki.

Angan akan mudah diraih jika kita menyadari apa yang belum kita capai.

Semoga Bermanfaat!

Referensi: 1 dan 2

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun