Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Oei Tiong Ham dari Semarang, yang Bikin "Crazy Rich Asians" Tidak Ada Apa-apanya

13 Agustus 2020   19:55 Diperbarui: 13 Agustus 2020   20:18 3104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Oei Tiong Ham (sumber: daerah.indonews.com)

Sudah pernah mendengarkan nama Oei Tiong Ham? Bagi yang belum, ia adalah bagian dari sejarah bangsa ini.

Oei Tiong Ham (OTH) lahir di kota Semarang pada tanggal 18 November 1866, dan disebut sebagai Raja Gula dan Konglomerat Pertama Asia Tenggara.

Kisahnya dapat dengan mudah ditemukan dari bermacam sumber literasi, dan sebagian napak tilasnya masih dapat ditelusuri di berbagai kota di Pulau Jawa.

Penulis sendiri pernah secara tidak sengaja melihat peninggalannya, di tahun 2013 lalu, pada saat berkunjung ke Hotel Tugu, kota Malang.

Hotel unik yang juga berfungsi sebagai museum berbagai benda bersejarah Nusantara ini, menyimpan beberapa peninggalan dari sang konglomerat. Diantaranya adalah meja dan perlatan makan, lemari, foto, dan juga barang pribadi lainnya.

Foto Penulis dengan Foto Oei Tiong Ham (sumber; Dokumen Pribadi)
Foto Penulis dengan Foto Oei Tiong Ham (sumber; Dokumen Pribadi)
Mengetahui bahwa OTH adalah mantan orang terkaya di Indonesia, tidaklah cukup jika tidak mengenal siapa dirinya dan sepak terjang dalam hidupnya. Paling tidak ringkasan fakta yang penulis berikan pada artikel ini, membuat Nick Young, tokoh fiktif dalam kisah "Crazy Rich Asians," tidak ada apa-apanya.

Istana Oei Tiong Ham.

Orang Semarang punya tiga nama untuk istana yang dulu dimiliki OTH ini. Pertama, disebut Istana Gergaji, karena berdiri di wilayah bernama Gergaji.

Kedua, disebut Kebon Rojo, karena dulu OTH memelihara banyak hewan di kompleks istananya. Koleksinya lengkap, bahkan ada burung merak.

Ketiga, disebut Bale Kambang, karena di kompleks istana ini ada taman besar yang dilengkapi kolam. Nama Bale Kambang hingga kini masih digunakan sebagai nama perkampungan di sekitarnya.

Menariknya, istana ini memiliki luas sekitar 81 hektar. Membentang dari Simpang Lima, Jalan Pandanaran, Randusari, Mugas, Jalan Pahlawan termasuk kompleks Gubernuran dan POLDA Jateng ditambah wilayah gergaji hingga Jalan Kyai Saleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun