Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

God Spot, Apakah Religiusitas Dapat Dipindai dengan Mesin MRI?

15 Maret 2020   09:29 Diperbarui: 15 Maret 2020   10:13 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ageless Grace

Sebuah pernyataan dari Volitaire, seorang filsuf Prancis abad 18, "Jika Tuhan tidak ada, maka sangat perlu menciptkanNya."

Pernyataan ini memberikan penekanan bahwa agama sangat penting untuk mengatur kehidupan menuju ke arah yang lebih baik. Aturan moralitas, etika, dan hukum terbukti mampu membuat manusia menjadi lebih beradab.

Pengetahuan manusia terhadap alam semesta adalah terbatas adanya. Beberapa misteri alam masih belum mampu dijawab secara kasat mata, seperti kelahiran, kematian, dan juga asal usul kehidupan dan alam semesta. Dengan demikian, maka penting untuk melihat agama dari sudut pandang fungsionalis. Sebuah aturan yang dibuat secara terstruktur dan mampu menjawab hubungan di antara manusia dan semesta (atau Pencipta).

Secara umum kita dapat melihat bahwa ada manusia yang lebih religius dibandingkan yang lainnya. Ada yang taat beragama dan ada juga yang tidak menjadikan agama sebagai prioritas dalam kehidupan. Apakah keimanan manusia dapat diukur? Atau lebih tepatnya, mengapa ada manusia yang lebih beriman dibandingkan dengan manusia lainnya? Apakah ini karena pengalaman, pengaruh lingkungan, atau pengaruh genetika?

Ada sebuah istilah The God Spot yang merupakan bagian dari syaraf yang tersebar di dalam otak manusia yang dapat merespon aspek agama dan Ketuhanan. Dikatakan bahwa titik-titik syaraf tersebut akan menjadi lebih utuh jika dirangsang dengan aktivitas kerohanian.

Teori ini ditemukan oleh ahli riset psikologi dan syaraf, Michael Persinger pada awal tahun 1990-an dan kemudian dilanjutkan dengan berbagai riset lanjutan oleh banyak ilmuwan lainnya. Menarik diketahui bahwa seseorang yang memiliki kedekatan yang tinggi dengan kekuatan spiritual memiliki aktivitas lobus frontal di otak yang lebih meningkat.

Menurut seorang peneliti dan juga ahli syaraf dari Universitas California Los Angeles, V.S Ramachandran, melalui pengamatan terhadap otak dengan topografi emisi, posisi pada daerah syaraf lobus frontal akan bersinar apabila subyek penelitian mengdiskusikan spiritual.

Diketahui bahwa sisi kanan lobus parestalis berhubungan dengan orientasi diri, dan sisi kiri berhubungan dengan hubungan dengan orang lain. Dalam penelitian, disebutkan bahwa mereka yang lebih "beriman" akan cenderung menggunakan aktivitas yang lebih tinggi dari sisi kiri. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa ternyata manusia yang lebih spiritual, cenderung lebih memikirkan orang lain. Hal ini tentunya sejalan dengan berbagai ajaran dan literasi agama yang menyarankan untuk lebih banyak mendahulukan kepentingan sesama dibanding diri sendiri.

Ada yang mengatakan bahwa konsep religius tidak berhubungan sama sekali dengan proses pemikiran berlogika. Manusia yang lebih spiritual biasanya lebih mengutamakan konsep abstrak (intuisi) dalam penjelasan tanpa harus menerima pembenaran berlogika.

Pertanyaan yang belum ada jawaban seperti "siapakah diriku? Mengapa aku berada didunia ini? Apa fungsi diriku? Tidak memerlukan jastifikasi, karena belum ada jawaban ilmiah yang mendasari. Jika seseorang yang selalu tergerak untuk mencari jawaban ilmiah mengenai Ketuhanan, maka akan memicu konflik dalam diri mereka atas makna spiritual.

Hubungan diantara God Spot dan Intuisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun