Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pesimis dan Jalan Menuju Kesuksesan

1 Juli 2022   07:20 Diperbarui: 1 Juli 2022   15:35 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

Maka dengan kepesimisan, saya akan tetap menikmati saja. Dimana dengan harapan yang sederhana tetapi itu dilakukan ide pesimisme sebagai tindakan. Sukses bagi saya tidak muluk-muluk ingin ini dan itu. Bagi saya punya rumah dan terus mampu bertahan diterjang oleh kebutuhan ekonomi hidup itu sudah pencapaian yang luar biasa.

Meski saya sadar bahwa penghasilan UMK (Upah Minimum Kabupaten) masuk dalam kategori miskin. Saya terkadang tersadar, apa lagi mereka yang hidup dengan setandart dibawah UMK.

Saya gak bisa membayangkan kategori kemiskinannya. Saat ini uang 70 ribu satu hari membeck up kebutuhan satu keluarga yang misalkan lima jumlahnya? Bukankah itu masuk kategori miskin, dimana untuk makan enak ayam 1 kg saja terkahir akhir bulan juni 2022 harga mencapai 40 ribu lebih?.

"Ya selayaknya orang miskin, tentu ada kualitas hidup yang kurang. Jelas upaya yang rendah dari daya beli akan perekonomiannya sebagai "miskin" tidak akan mampu membeli kualitas hidup yang baik"

Dalam wacana berpikir saya, terus terang antara optimism dan pesimisme. Keadaannya justru kadang tidak berimbang bagaimana ukuran sukses itu diperlihatkan oleh orang-orang.

Tidak jarang dari waktu-waktu saya hidup. Dominan pesimis dari pada optimis itu yang saya rasakan, yang mana menjadi pesimis itu lebih masuk akal dari pada optimis untuk berpikir sukses menurut banyak pemikiran orang. Semua itu berlaku bagi pemikiran saya ini.

Entah ini dibenarkan atau tidak sebagai kepatutan menjadi manusia yang ingin sukses. Saya tidak peduli. Kenyataannya hidup, menjadi pusat perhatian pun dengan lebel sukses misalnya.

Semua akan hilang pada waktunya seperti kesuksesan akan kepemilikan harta dan nama yang tersohor akan hilang dikala seseorang ceroboh optimis akan terus langgeng tanpa pesimis untuk dapat terus menjaganya.

Semua itu di antara "kesuksesan" dapat hilang dan berganti kepada yang lain menjadi sesuatu yang pasti seperti roda itu diputar. Yang mana jika sedang diatas dapat disanjung-sanjung atas kesuksesannya. Dapat di olok-olok jika ada yang kurang atau tidak pas dengan orang lain di pergaulan social masyarakat dengan identic kesuksannya.

Saya yang tumbuh dan berkembang hidup di desa. Tentu ingat bagaimana dinamika kehidupan orang desa sendiri yang naik turun, yang mungkin akan terus saya pegang demi mengamankan kehidupan saya dan social saya sendiri ketika hidup di desa. Ingin hidup dengan kesederhanaan bentuk kenyamanan hidup bukan kesuksesan semata.

Karena "hidup" tentu bukan untuk saat ini atau besok. Kehidupan ini adalah waktu yang panjang. Tidak salah orang-orang bijak itu berkata bahwa; "bekerjalah seolah kau akan hidup selamanya dan beribadahlah melakukan kebajikan anggap kau akan mati besok" artinya yang kita kejar bukan kesuksesan tapi keberamaknaan hidup.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun