Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

JK, Isu Rizieq, Disusul RK Cs, Takar Indonesia Bubar!

23 November 2020   07:29 Diperbarui: 23 November 2020   07:31 5263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dinilai oleh Jusuf Kalla faktor kepemimpinan karismatik yang diikuti oleh simpatisannya. Disanalah akan mengubah peta demokrasi di Indonesia. Sebab demokrasi sendiri berdiri pada dasarnya adalah suara rakyat".

Maka dari itu mungkinkah apa yang dimaksud dari Jussuf Kalla sendiri tentang kekosongan kepemimpinan benar-benar disebebkan oleh faktor kurang percaya public pada kepemimpinan nasional saat itu seperti kepada  DPR dan lain sebagainya?

Memang dengan terbitnya undang-undang Cipta Kerja dan semakin lemahnya kekuatan oposisi sebagai pembanding kebijakan pemerintah membuat demokrsi diperiode kedua pemerintahan Jokowi terbilang sekarat.

Tidak lain adalah sangat jaranya rancangan undang-undang dirumuskan secara pelik di DPR dengan dengan berbagi ide-ide pembanding disebabkan oleh mayoritas partai politik mendukung pemerintah.

Belum dengan kurangnya kepercayaan rakyat pada DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat disebabkan oleh undang-undang yang kontroverisal seperi UU Cipta Kerja. Disitulah akar dari merambahnya pada krisis kepercayaan kepemimpinan nasional seperti presiden itu sendiri.

Sebab dilain sisi presiden Jokowi juga dihembuskan pada isu dinasiti politik yang banyak pihak menilai dirinya secara premature mengikutsertakan anak dan menantunya dalam pilkada 2020.

Untuk itu Jokowi diperiode dua seperti kehilangan kepercayaan public diakibatkan tidak responsifnya pada "pekiwuh/sungkan" politik. Dimana dirinya sedang menjabat jabatan tertinggi politik sebagai presiden tetapi mencontohkan dinasti politik meski saat ini adalah system demokrasi.

"Banyak pihak menyesalkan seperti saya, bawasannya presiden Jokowi mengapa mencontohkan mencalonkan anak dan mantunya saat dirinya menjabat. Seharunya ketika dirinya sudah pensiun sangat etis bila nantinya anak dan menantunya ikut kontestasi pilkada"

Disisi lain defisit kepercayaan juga terjadi di berbagai pemerintahan provinsi yang tidak mau satu suara dengan pemerintah pusat. Tentu disebabkan oleh regulasi pemerintah pusat tidak merekomendasikan menikan UMP yang dinilai sangat riskan bagi kesejahteraan masyarakat.

Ridwan Kamil cs Gubernur Jawa Barat tetap menikan upah minimum provinsi 2021 disusul DKI Jakarta dan lain sebagainya. Seperti diketahui pemerintah pusat diwakili Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah membuat kebijakan tak menaikan upah minimun provinsi (UMP) 2021 akibat pandemi covid-19. Tetapi pada kenyataanya pemerintah provinsi tetap menikan UMP 2021.

Mungkikah krisis kepemimpinan yang dimaksud Jusuf Kalla tersebut perihal fenomena Rizieq Shihab sebagai pemimpin alternative menyusul tidak terakomdirnya aspirasi masyarakat secara luas menyusul pemerintah kini cenderung tak  paham situasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun