Mungkin salah satu alasan orang yang bersalah, yang paling mungkin adalah menghindari publik karena ketakutan akan kesalahannya tersebut.
Karena secara psikologis jika diri seorang manusia bekerja dan dalam kerja itu optimal. Saya kira setiap orang akan menunjukan hasil kerjanya.
Karena tidak bisa dalam kerja seseorang hanya low profile, apa lagi dalam kerja tersebut dilihat dan dinilai banyak orang. Istilahnya bekerja dalam pemerintahan yang kinerjanya diawasi betul oleh masyarakat.
"Tetapi jika sedikit profil namun ada bukti dalam pekerjan yang dirasakan dampaknya oleh masyarakat, saya kira pasti akan menuai simpati bukan hujatan dari masyarakat"
Karena pasti jika memang bekerja secara benar, seorang yang bekerja tersebut tidak akan pernah takut ketika dimintai suatu pertanggung jawaban dalam kinerjanya.
Maka apa yang dilakukan oleh mentri kesehatan Terawan Agus Putranto yang tidak memenuhi undangan jurnalis senior Najdwa Shihab dalam acaranya mata nadjwa sebagai media supaya rakyat tahu perkembangan ccovid-19, jelas menuai berbagai pertanyaan publik.
Ditambah Nadjwa Sihab sendiri melakukan wawancara dengan bangku kosong yang diperuntukan untuk mentri kesehatan Terawan Agus Putranto sebagai ungkapan ketidak puasan.
Di mana Terawan Agus Putranto tidak kunjung mau hadir dalam memenuhi undangan acara tersebut sebagai bentuk pengetahuan dan klarifikasi kinerja kepada masyarakat terkait perkembangan covid-19.
Saya kira memang dengan tidak hadirnya Terawan Agus Putranto di depan publik suatu pengakuan dirinya yang tidak mampu menunjukan kerjanya tersebut dalam penanganan covid-19 di Indonesia.
Sebab representasi media dalam mengabarkan perkembangan covid-19 langsung oleh mentri kesehatan Terawan Agus Putranto bener-benar mewakili masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan dan kinerja kementrian kesehatan dalam menangani pandemic covid-19.
Kendala apa yang dialami oleh mentri kesehatan sehingga kasus covid-19 justru semakin meningkat dan semakin bertambah parah.