Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terbelah: PAN Menjadi Partai Kelas Bawah

9 September 2020   07:42 Diperbarui: 11 September 2020   23:42 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:amanat.news

Tetapi di desa juga tidak menampik, bawasannya peran caleg (calon legelatif) partai politik dalam pemilu legeslatif juga berpengaruh mendongkrak suara partai politik itu. Tentu partai apapun termasuk suara PAN jika memang calegnya mempuni secara ketokohan dan siap modal.

Karena pemilu di desa. Apa lagi pemilu legislatif. Di dalamnya pasti terselip politik uang. Maka berjalannya politik uang di desa-desa itu sudah menjadi rahasia umum dalam kontestasi politik.

Berjalannya partai politik di Indonesia selain dari masalah ideologi politik yang mengakar sebagai ketertarikannya. Saat ini partai mencari pemilihnya, faktor uang juga adalah salah satu cara memikatnya. Mesin demokrasi tidak dapat lepas dari uang.

Oleh sebab itu saat ini menjadi tantangan tersendiri partai politik di Indonesia mencari pemilih yang benar-benar mengakar pada ideologi partai. Saya kira partai baru dan partai lama memang memiliki kesempatan yang sama asalkan ada modal yang mendasari dalam membeli suara pemilih.

Tetapi seberapakah kuat modal partai tersebut dalam menggerakan suara pemilih itu sendiri? Bukankah yang kuat adalah tetap memelihara pemilih tradisional partai politik? Dimana dengan cara tersebut, partai dapat efektif juga efisien dalam menjalankan oprasional kepartaiaanya?

Pemilih tradisional sendiri adalah pemilih "pasti" yang tidak akan goyang karena loyal terhadap partai politik. Seperti mayoritas warga NU (Nahdhatul Ulama )memilih PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) atau dengan kandang banteng Jawa Tengah yang terus konsisten memilih PDIP. Dan PAN pemilih tradisionalnya sendiri adalah warga Muhammadiyah.

Menjadi pertanyaan tersendiri dengan polemik yang sedang dialami oleh PAN, dimana mereka secara keorganisasian partai terancam terbelah menjadi dua. Tentu karena tidak solidnya orang-orang didalam partai PAN itu sendiri.

Dalam hal ini pendiri PAN Amien Rais dan ketua umum partai PAN saat ini Zulkifli Hasan yang tidak sejalan. Imbas dari tidak sejalanya ini adalah isu akan membuat partai baru sempalan dari PAN, yang dalam waktu dekat ini akan disepakati nama partai oleh penggagas sekaligus sempalan dari tokoh PAN Amien Rais.

Menjadi pertanyaan saya di mana dalam sejarahnya sendiri basis kekuatan PAN terpusat di warga Muhammdiyah. Kemudian PAN juga merupakan partai papan tengah dalam kancah perpolitikan partai di Indonesia dalam sejarahnya.

Bukankah dengan partai PAN jika dibelah kekuatannya semakin mengecil? Di mana partai papan tengah membagi dirinya; misalnya dibagi menjadi dua. Jelas keduanya akan menjadi partai papan bawah nantinya?

Maka patut ditunggu bagamana langkah duo PAN tersebut bergerak kedepan mencari simpatisan-simpatisan baru. Namun banyaknya partai membuat mencari anggota bahkan simpatisan tradisional, yang pasti memilih partai tersebut apapun dan bagaimanapun partai itu akan menemui tantangan tersediri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun