Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dipuji: Mungkinkah Membuat Diri Merasa Puas?

10 Agustus 2020   10:11 Diperbarui: 13 Agustus 2020   16:00 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang saat kita berada dilingkungan yang sama dengan diri kita, "sama" dalam hal hobi, profesi dan berbagai kesamaan itu pasti: "kita seakan ingin dibawa pada pergaulan yang dipuji-puji oleh lingkungan kita". 

Begitu pun Raden Saleh saat itu tidak ada yang dapat menikmati karya lukisnya ketika bergaul dengan buruh tani, berbeda ketika Raden Saleh bergaul dengan sama-sama pelukis di Eropa.

Manusia didalam pergaulannya, secara naluriah, kita ingin menjadi yang paling tahu, patut dipuji, dan paling besinar dari yang lain sebagai seorang pribadi manusia itu memang tidak salah. Apakah "salah" sebagai diri manusia meninginkan semua seperti itu?

Tentu dalam kehidupan yang terkadang terbalik, apa yang digemborkan sebagi pelajaran akan ajaran moralitas itu nyatanya adalah penggamabaran sifat asli manusia.

Ada ungakpan "Jangan terlena jika dipuji". Bukankah kita senang saat dipuji orang lain, sebab pujian itu sendiri termasuk kebutuhan mental manusia tanpa disadari?

Jika seperti itu, apakah menginginkan pujian itu salah? Kenyatanya ajaran moralitas itu ada sebab secara alamiah manusia senang akan pujian dan moralitas tersebut seperti memberi tahu bahwa; "siapapun patut dipuji, tetapi kita tidak boleh merasa tinggi saat menerima pujian".

Takut memuji sendiri tetapi tidak seperti yang dipujikan tersebut justru berbalik menyerang diri pada akhirnya. Saat kita tidak akan puas dengan diri kita sendiri. 

Maka seyogyanya dalam pergaulan itu jika memang kita tidak dalam bidangnya, tidak tahu segala aspek yang dibicarakan krumunan, tetapi ingin dipuji keberadaannya tidak akan mungkin dan jangan pernah berharap untuk dipuji.

Sekalipun kita menjadi bintang dalam bidang kita pun tidak perlu memamerkan bintang itu pada krumunan kita. 

Apalagi dengan orang-orang yang bukan di bidang yang sama. Bukankah itu tidak pernah ada gunannya bagi mereka?

Dalam pergaulan "rem" diri memang diam, yang saya maksud dengan diam bukan "diam" tidak bicara dalam krumunan bukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun