Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apakah Ramadan Tetap Berkesan Tanpa Petasan?

25 April 2020   15:49 Diperbarui: 28 April 2020   15:22 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petasan yang baru dimainkan. (sumber: pixabay.com/meineresterampe)

Saya masih ingat bagaiamana kekagetan saya dini hari kemarin saat tetangga saya menyalakan sebuah petasan disaat makan sahur tiba. Dalam kekagetan tersebut, saya memang sedang tidur. 

Secara tiba-tiba karena suaranya begitu keras, saya terkaget dan lalu terbangun seperti manusia yang tiba-tiba hidup kembali setelah roh-nya dipaksa untuk kembali tanpa permisi terlebih dahulu.

Menurut pandangan literature nilai-nilai spiritualitas yang pernah saya baca. Manusia yang sedang tidur roh-nya dikatakan sedang melakukan perjalanan gaib dan berkelana kemana-mana melakukan perjalanan astral. 

Maka tidak boleh membangungkan orang secara dikagetkan, harus pelan-pelan. Sebab nantinya jika dikagetkan roh tersebut akan kembali secara kejut dan membuat semua cakra tubuh berfungsi tanpa manusia itu siap sebelumnya.

Memang jika dilihat dari sejarah yang panjang. Sejak saya kecil, mercon" istilah anak desa" menamakan petasan sudah menjadi identitas setiap jatuhnya bulan Ramadan tiba. 

Semarak ramadan tanpa petasan di desa saya pinggiran Kabupaten Cilacap memang seperti bukan bulan Ramadan. Karena sewaktu saya kecil uang jajan selalu wajib untuk beli petasan. Rata-rata petasan beredar hebat saat bulan ramadhan, memaksa saya untuk belanja petasan terebut sebagai syarat bulan ini adalah bulan puasa Ramadan harus menyalakan petasan.

Tidak lain dalam membeli petasan salah satunya tentu untuk jahil, atau suara dari daya ledak petasan itu didengarkan sendiri menyemarakan yang namanya bulan puasa ramadan. 

Berjalan-jalan setelah subuh dan yang menjadi saku untuk jalan-jalan tersebut adalah petasan. Saya masih ingat bagaiamana dan nama-nama petasan jaman saya kecil etah kini masih ada dipasaran atau tidak;

Petasan Korek; jenis petasan ini bentuknya kecil, di bagian atas petasan tersebut seperti sebuah korek api kayu, dimana ketika akan menyalakannya kita tidak butuh api, hanya butuh wadah korek apinya tersebut.u

Ya, layaknya seperti korek api kayu, ia hanya digesekan lalu dengan sendirinya akan menyala. Petasan jenis ini paling laku dipasaran, karena bentuknya yang mungil, memungkinkah beli dengan harga murah dapat banyak.

Satu bungkus isinya sekitar sepuluh biji. Jika diletakan di saku pun pas tidak terlalu besar. Dan petasan jenis ini yang sering dibuat perang-perangan antar kelompok anak-anak saat jalan-jalan subuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun