Tetapi, sekali lagi, kemajuan dalam sistem apapun itu, jika tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ideologi yang humanis akan menjadi kenyataan kosong bagi kehidupan manusia.
Kembali pada sub pokok bicara "kemanusiaan" di abad ke-21 ini, apakah akan sesuai jika didalam ranah keilmuannya sendiri, ilmu humaniora dipandang sebagai keilmuan yang menciptakan penganggur bagi negri sekelas dan sebesar Indonesia?
Mungkin menjadi apa yang dinamakan kemajuan industri dan teknologi, semua bentuk ke-ilmuan harus pro kepada teknologi dan menciptakan banyak sumber daya manusia untuk kebutuhan industri itu sendiri?
Tetapi didalam menjalaninya kini sebagai masyarakat yang tentu lebih kompleks dari industri dan teknologi, mungkinkah tidak akan menjadi ketimpangan sendiri di dalam bermasyarakat tanpa ilmu humaniora di dalammnya?
Bukankah dengan didukung teknologi maupun industri dan ilmu humaniora yang maju, akan menciptakan suatu trobosan-tobosan baru berkehidupan sosial secara seimbang?Â
Bahwa negara sekelas Jerman sendiri saja tetap gigih membangun ilmu humaniora meskipun industri dan teknologi mereka juga sangat maju dan terkenal di dunia.
Bentuk ruang-ruang yang tidak tergarap oleh sisi kemanusiaan, bahkan akan menjadi ruang yang gelap untuk dilucuti keberadaannya, justru bukankah menjadi kecurigaan sendiri.
Jangan-jangan ilmu humaniora dikerdilkan di Indonesia untuk memperluas industerialisasi itu sendiri, yang diperuntukan perolehan modal dari sistem kapitalisasi supaya mereka semakin kuat pengaruhnya di Indonesia dengan sistem ekomoninya?
Berbagai kemungkinan-kemungkinan itu memang bisa saja akan terjadi, jika ditelisik lebih dalam-pun, manusia memang sudah tidak dapat lepas dari kapital, semua digiring untuk butuh untuk kerja mencari uang sebanyak-banyaknnya, dan belanja sepuasnya meskipun; sistem mengakomodasi mereka untuk tetap berhutang yang menjadi tali dengan permodalan.
Seperti para pegawai rendahan sekelas gaji upah minimum kabupaten di Jawa Tengah yang terkenal rendah saja cita-citanya kini membeli smart phone seharaga belasan juta.Â