Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sadarkah Manusia Membenci?

23 Mei 2019   21:44 Diperbarui: 23 Mei 2019   21:54 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi diambil dari bisnis.com

"Jika kau mencari nama untukmu sendiri, pasti kaulah sang pembenci".

Seperti yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Yang banyak teringat seakan kita lupa pada apa yang dinamakan mengingatkan. Upayakan saja kisah ini, nyatanya tidak akan bisa dimengerti pada akhirnya.

Mungkin manusia adalah pembeci yang sadar, bagaimana cara ia membenci? Tetapi apakah mungkin ketika membenci begitu saja? Lalu terlupa dengan berjalannya waktu? Memang menjadi akar serabut yang terus menjalar, ia tidak bisa, dan tidak semua orang bisa melupakan hal apa yang dibencinya. Tetapi ya sudahlah, membenci untuk apa?

Tidak ada yang mampu bersaksi dalam menjalani hidup ini. Semua serba bagaimana ilusi-ilusi diri ingin menjawab. Ketika dalam ilusi itu kita sudah mentok untuk menjalankan, lalu harapan apa ingin diwujudkan? Mental wujud yang dan tidak pernah terwujud?

Sebetulnya tentu melepas ingin lepas diri dari yang orang lain benci. Manusia ingin kenyamanan di dalam kementokan yang hakiki. Ia tidak pernah ingin ternoda oleh perasaannya yang sudah tidak dapat diubah. Lalu kini apa yang menjadi beban dalam hidupnya? 

Mentoknya manusia dalam hal apapun membuat dirinya ingin diterima saja. Karena manusia mentok tidak ada kepentingan-kepentingan lain untuk melambungkan nama dirinya. Ia sadar, apa artinya luar biasa dalam pandangan orang lain? Tetapi ia sendiri masih dalam posisi hidup yang sama? Kasaran-nya serba pas tidak cukup dan kurang. 

Kebanggaan atas nama tidak lah akan cukup dalam pandangan orang lain. Jika orang lain juga sama-sama membidik nama baik dari orang lain. Sudahkah kita terbebas dari membenci dirinya karena ketersaingan nama besar yang mengintainya? Ini sesuatu yang sulit itu bahwa; upaya saling mendahuli akan berbuah kebencian yang tidak pernah terucap.

Mengucapkan seperti hamburan debu yang terlihat itu. Tidak lain hanya upaya memaafkan tentang apa yang terjadi dan akan terjadi. Membenci ada kalanya menjadi noda yang berbekas, tetapi tidakah dapat manusia membersihkan itu? Memang seakan menyakitkan, kita dihadapkan dengan kebencian.

Orang-orang disana mungkinkah juga merasakan yang sama tentang kebenciannya? Yang menjadi dasar apakah kita akan merangkul dan memeluk diri kita jika kebencian itu bisa dapat kita lepaskan? Mungkin kita kini harus secara sadar membenci, tidak untuk selamanya.

Ada kalanya kita harus bebas untuk terbang tinggi melampuai benci. Sebab tidak ada yang di untungkan oleh kebencian. Yang ada hanya ketidak tenangan yang harus kita rasakan dalam hal ini. Persaingan dalam kehidupan seperti biasa. Terlepas dari itu, kita harus membuat jalan sendiri, jalan sepi yang harus keluar dari hingar-bingar upaya mencari muka dalam hidup ini.

Memang jalan sepi seperti melintas kekosongan, namun ketenangan dapat di baku-kan. Seperti yang terlihat dari pertapa disana, mungkinkah ia mencari apa yang ia cari? Kita memang tidak dapat menjawabnya. Tetapi bagaimana dengan pertapa itu? Ia pun belum tentu mampu dalam menjawab.
Kehadiran diri seakan menjadi jalan tengah, tetapi ketenangan tanpa paksaan dan keluar dari zona kenyamanan penting. Sadar yang harus dengan keadaan yang sesadar-sadarnya, begitu pula benci juga harus dengan sesadar-sadarnya.
Kebencian hanya akan menyakiti dirimu sendiri, bukan dia, bukan mereka. Membenci sama halnya kau berkutat dengan pikiranmu dan tetap yang kau musuhi sendiri adalah tetap, "kau dan pikiranmu sendiri". Keluar dan lampauilah kebencian itu. Jika kau mencari nama untukmu sendiri, pasti kaulah sang pembenci.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun