Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Puisi: Aku dan Sepotong Kapur Tulis

20 Juni 2020   17:38 Diperbarui: 21 Juni 2020   18:09 683 79
Kepak sayap sepasang burung layang-layang, hadirkan riuh seisi ruangan. Tak lama, kemudian menghilang. Hanya memberi kabar, pagi telah datang.

Kulihat papan tulis kembali tertulis satu kata baru, dan satu kata lama.

Loteng baru

Dua kata itu, menyelinap di antara barisan kata-kata yang telah lama terlukis, di papan tulis. Tahun ajaran, siswa, cat, meja juga bangku, diakhiri kata baru. Selalu.

Seraut wajah terlihat di balik pintu. Sosok lelaki separuh baya berdiri kaku, tangannya memegang sapu, matanya mengitari ruangan yang sejak lama berdebu. Hanya sesaat, sosok itupun lenyap di balik pintu.

Sapu baru.
Penjaga sekolah baru.


Kapur tulis tersenyum menatapku. Kubalas senyuman itu tanda setuju.

Hingga sore, papan tulis nyaris penuh coretan kata baru. Lemari, kalender, rak sepatu, kunci pintu serta lampu masuk daftar terbaru.

Kapur tulis tersisa seujung kuku, saat kubaca dua tulisan pilu.

Guru baru
Kepala sekolah baru


Hari mulai gelap, ruangan itu kembali senyap. Tiba-tiba kapur tulis menoleh ke arahku, namun tatapan itu bukan tertuju untukku. Tapi pada sepasang potret diri, tempatku biasa bersembunyi.

Tak ada gerakan, dan tak ada tulisan. Aku tahu, tanpa lampu takkan ada kata baru.

Curup, 20. 06. 2020
zaldychan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun