Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Aku dan Sepotong Kapur Tulis

20 Juni 2020   17:38 Diperbarui: 21 Juni 2020   18:09 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Kepak sayap sepasang burung layang-layang, hadirkan riuh seisi ruangan. Tak lama, kemudian menghilang. Hanya memberi kabar, pagi telah datang.

Kulihat papan tulis kembali tertulis satu kata baru, dan satu kata lama.

Loteng baru

Dua kata itu, menyelinap di antara barisan kata-kata yang telah lama terlukis, di papan tulis. Tahun ajaran, siswa, cat, meja juga bangku, diakhiri kata baru. Selalu.

Seraut wajah terlihat di balik pintu. Sosok lelaki separuh baya berdiri kaku, tangannya memegang sapu, matanya mengitari ruangan yang sejak lama berdebu. Hanya sesaat, sosok itupun lenyap di balik pintu.

Sapu baru.
Penjaga sekolah baru.

Kapur tulis tersenyum menatapku. Kubalas senyuman itu tanda setuju.

Hingga sore, papan tulis nyaris penuh coretan kata baru. Lemari, kalender, rak sepatu, kunci pintu serta lampu masuk daftar terbaru.

Kapur tulis tersisa seujung kuku, saat kubaca dua tulisan pilu.

Guru baru
Kepala sekolah baru

Hari mulai gelap, ruangan itu kembali senyap. Tiba-tiba kapur tulis menoleh ke arahku, namun tatapan itu bukan tertuju untukku. Tapi pada sepasang potret diri, tempatku biasa bersembunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun