Yup, karena kondisi pandemi semua orang merasakan imbasnya . Banyaknya pemutusan hubungan kerja karena roda perekonomian terimbas ke titik rendah. Akhirnya daya beli masyarakat menurun sehingga mesti distimulus oleh Pemerintah dengan bantuan sosialnya. Semua bantuan tunai yang diberikan kepada kepada yang berhak semestinya digunakan Kembali untuk belanja kebutuhan produktif dimana dapat menggairahkan Kembali sektor perdagangan. Perputaran uang paling besar diataranya ya menjelang Hari Lebaran. Lihat saja di Tenabang atau pasar -- pasar lainnya , semua berjubel datang membeli untuk kepeluan ber hari raya. Begitupun dengan saya. Bedanya saya belanja online.
Saya berpesan sama istri di rumah untuk dibelikan sandal baru saja, soalnya sandal saya yang masih baru hilang di masjid sesaat setelah sholat Jumat usai. Saat itu saya heran , kenapa sandal saya bisa tidak ada pada tempatnya. Saat itu seolah dunia runtuh dan sedikit malu karena pulang dengan jalan kaki. Saya tak mau melakukan hal yang sama dengan mengambil sandal lainnya, meski itu sandal yang dianggap tidak ada pemiliknya. Lebih baik bertelanjang kaki dan mudah- mudahan ada pahalanya di sini.
Hilang sandal di masjid kalau mau dirunut ke depan rupanya saya bisa berkontribusi dalam menggerakan sektor perdagangan. Orang -- orang yang bekerja di pabrik sandal mendapatkan upah dari pengusaha yang mendapatkan keuntungan dari usaha sandalnya dan saya salah satu dari sekian banyak orang yang membeli sandal tersebut.
Karena berpikran demikian, maka ketika istri menawarkan baju lebaran yang couple (seragam keluarga) secara online saya langsung mengamininya. Belanja kebutuhan lebaran bukan belanja keinginan menghabiskan uang secara boros. Selama itu wajar dan memberikan kemanfaatan bagi orang lain kenapa tidak!
Saya kemudian menginventarisir kebutuhan apa saja yang saya beli untuk lebaran ini :
