Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Dilarang Menilai Postingan Sendiri

13 Agustus 2022   12:20 Diperbarui: 13 Agustus 2022   12:32 265 19
Judul dan gambar di atas adalah satu peringatan yang muncul, saat saya secara iseng mencoba memberi penilaian, pada postingan milik sendiri di Kompasiana. Sebenarnya ini sudah cukup lama ada, tapi masih menjadi satu hal unik yang dipertahankan di platform blog keroyokan tersayang.

Berbeda dengan platform media sosial, menilai postingan sendiri adalah satu hal yang masih diharamkan di rumah biru, bukan tenda biru apalagi kampus biru.

Tentu saja, ini cukup bisa dimengerti, karena kadang ada lomba menulis di sini. Karenanya, sikap sportif harus dikedepankan.

Bukan berarti tidak menghargai atau bangga pada diri sendiri. Tidak menilai postingan sendiri adalah satu bentuk sikap sportif, dan itu semakin relevan, karena Kompasiana juga punya kolom "Nilai Tertinggi" dan sesekali mengadakan event lomba menulis berhadiah.

Secara pribadi, saya menyukai pendekatan ini, karena sejalan dengan kebiasaan saya di media sosial. Setiap kali posting, saya sangat jarang memberi "like" pada postingan milik sendiri.

Lucunya, saya justru cukup gampang memberi "like" pada unggahan orang lain, baik karena untuk "menggenapi" angka jumlah "like" atau memang karena itu menarik.

Bukan berarti saya tidak bangga atau menghargai diri sendiri. Tujuan saya posting hanya untuk berbagi. Toh jenis postingan di akun media sosial saya terdiri dari beragam jenis.

Dalam artian, apa yang saya posting bukan hanya soal foto-foto pribadi, tapi juga mewakili beragam jenis lain, seperti potongan video klip, sketsa komedi, sampai berkaitan dengan pekerjaan, terutama yang tugasnya membuat unggahan di media sosial.

Di luar unggahan yang berkaitan dengan pekerjaan, saya merasa tidak perlu memberi "like" pada postingan sendiri, termasuk yang saya bagikan dari grup atau akun lain. Untuk unggahan yang saya bagikan dari akun media sosial lain, biasanya saya memberi "like" di halaman asalnya.

Selain karena tujuannya untuk berbagi, saya merasa itu tidak perlu dilakukan.
Pertimbangannya simpel, saya membagikan postingan itu karena memang menyukainya. Kalau tidak suka, sudah pasti tak akan saya bagikan.

Kembali ke aturan "vote" posting di Kompasiana, aturan ini mungkin sedikit menjengkelkan bagi orang yang tingkat narsisnya sangat tinggi. Tapi, ini adalah satu pengingat paling jelas, soal bagaimana sebuah penilaian yang baik dan benar.

Memang, ada yang bilang, menilai tulisan atau postingan sendiri adalah satu bentuk kepercayaan diri. Tapi, pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena kepercayaan diri yang paling besar justru terlihat, dari keberanian untuk mengunggah tulisan (misalnya di Kompasiana) atau unggahan di media sosial.

Kalau tidak percaya diri, sudah pasti tak akan dibagikan. Jangankan dibagi, selesai dibuat pun belum tentu.

Andai dibagikan pun, pasti pembuatannya merasa "insecure". Pertanyaannya hanya berkutat di "bagus atau tidak" dan sejenisnya. Akibatnya, bukannya melegakan, menulis di K atau mengunggah sesuatu di media sosial justru jadi menakutkan.

Di sisi lain, larangan untuk menilai postingan sendiri di K juga mengingatkan kita, pada satu pemeo umum di dunia tulis-menulis:

"Sebuah tulisan akan dinilai 'bagus' bukan karena penulisnya yang berkata atau menilai 'ini bagus' atau sejenisnya, tapi karena pembacanya atau orang lain yang memang berkata dan menilai demikian"

Memang, masih ada orang yang mengejar banyak nilai atau tanda "like", bahkan sampai membuat banyak akun palsu atau melakukan hal lain demi mengupayakannya. Sebuah usaha yang bagus, meski caranya kurang pantas.

Itu semua kembali ke kesadaran masing-masing. Sadar ya syukur, belum ya jangan terlalu dipaksakan.

Menariknya, tanda "verboden" dalam menilai postingan sendiri di Kompasiana sekaligus menunjukkan, ada dua jenis antusiasme yang hadir di sini.

Pertama, antusiasme yang cenderung "riuh rendah", karena kadang ada "booster" tujuan tertentu. Di awal, antusiasme ini cenderung luar biasa, tapi pelan-pelan redup dan lenyap, khususnya setelah apa yang dicita-citakan tidak tercapai.

Kedua, antusiasme yang cenderung "hening". Dalam artian  mereka tak terlihat mencolok dari luar, bahkan kadang tidak terlihat meyakinkan. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun